Karena rasa cinta ini harus diakhiri
Sebelum mulai menorehkan luka yang lebih dalam
Aku tahu cinta itu membebaskan
Membebaskanku untuk memilih tidak memilikinya
Kemarin kami bertemu lagi. Pendar-pendar cinta bergejolak membuat  wajahku panas. Aku harus menahan lebih kuat tumpuan ke dua kakiku. Sedang ia semakin berjalan mendekat. Tetap dengan senyum yang sama, ketika bayang wajahnya sukses jatuh di kedua bola mataku. Itu awal jumpa dengan bonus luka yang mengintip malu-malu dari kejauhan.
"Selamat pagi. Kamu cantik sekali pagi ini, Nia. Mungkinkah hujan semalam membuatmu nampak lebih fresh," katanya membuka percakapan. Aku hanya tersenyum. Ah, andai saja aku bisa menggenggam tangannya itu.
"Hei. Aku dengar ujianmu berhasil. Selamat ya!" katanya sambil menyodorkan tangannya.
Aku terpana. Apa dia bisa membaca isi hatiku ya? Seluruh wajahku kurasa semakin panas.
"Hei, Nia. Mana tanganmu? Kau biarkan tanganku seperti ini saja?"
Segera ku raih jabatan tangannya. Wajahnya berubah. Tetapi dia lalu tersenyum.