Di Manakah Ibu Menjadwalkan Doanya?
Ketika ia memasak;
tangannya menakar bumbu
kepalanya meracik menu
namun hati mendoakan anaknya
Ketika ia berjalan;
matanya melihat arah
Kakinya melangkah
Tangannya berlenggang
Sedang hati berdoa untuk anaknya
Ketika ia berdoa;
Tangannya terkatup
Matanya tertutup
Ia berlutut di hadapan Tuhan
Setelah menyalakan lilin di jantungnya
Dan hati selalu menumpuk
doa untuk anaknya
Saat ibu merapikan sarungnya
Di isi kepala hanya masa depan anaknya
Hati terus berbicara dengan Tuhan.
Sebab ibu tak punya kesempatan menjadwalkan doa untuk anak-anaknya di waktu sisa.
Ia tak punya waktu sisa. Bahkan waktu sisa sehabis doa
Tetap doa yang ia pikirkan.
Di manakah
Ibu menjadwalkan doa?
Hatinya menumpuk doa
yang tak pernah penuh
Anaknya,
doanya,
adalah puisi-puisinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H