REVIEW FILM BUDI PEKERTI
Penulis : Wregas Bhanuteja
Pemain : Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, Angga Yunanda
Budi Pekerti merupakan film terbaru karya Wregas Bhanuteja yang kembali menegaskan keahliannya sebagai pencerita ulung. Film ini mengangkat tema cancel culture dengan sentuhan personal yang membuatnya terasa dekat dan membekas dalam benak penonton.
Film "Budi Pekerti" adalah sebuah drama yang menggugah hati dan pikiran, mengangkat tema moralitas dan dampak media sosial yang begitu relevan di era digital ini. Disutradarai dengan penuh kepiawaian, film ini membawa penonton pada perjalanan emosional yang mendalam melalui kisah Bu Prani Siswoyo, seorang guru BK di Yogyakarta, yang mendadak viral akibat sebuah kesalahpahaman.
Sinopsis Singkat
Bu Prani adalah seorang guru BK yang dihormati dan calon wakil kepala sekolah. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika sebuah video dirinya di pasar menjadi viral. Dalam video tersebut, Bu Prani tampak marah dan terlibat adu mulut dengan seorang pria yang menyerobot antrean. Kata "ah su" yang sebenarnya berarti "ah lama" disalahartikan sebagai umpatan kasar, dan video tersebut memicu reaksi negatif dari netizen yang membahayakan karir serta kehidupan pribadinya.
Setting dan Atmosfer
Cerita dalam Budi Pekerti berpusat di Yogyakarta, kampung halaman Wregas sendiri. Ia tidak menggunakan kota ini hanya sebagai daya tarik komersial, tetapi menghidupkannya dengan memori masa kecilnya yang digabungkan dengan referensi masa kini. Hasilnya adalah latar yang bukan hanya sekadar tempat, tetapi juga menjadi nyawa film ini, baik secara narasi maupun visual.
Dialog dan Bahasa
Salah satu keunggulan film ini adalah dialog yang sebagian besar menggunakan bahasa Jawa. Ketelitian Wregas dalam menulis dialog terbukti dengan pemilihan penggunaan bahasa Jawa ngoko, krama inggil, hingga kombinasi dengan bahasa Indonesia yang tepat. Semua karakter mampu berinteraksi dengan luwes, bahkan dengan aksen yang kental.
Penampilan Aktor
Penampilan para aktor dalam Budi Pekerti juga patut diacungi jempol. Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani berhasil menjadi jantung cerita dengan penampilan yang memukau. Ia mampu menyampaikan berbagai emosi yang dirasakan karakternya dengan sangat baik.
Dwi Sasono, meskipun tidak mendominasi dialog, tetap memberikan warna tersendiri setiap kali muncul di layar. Prilly Latuconsina juga berhasil memerankan karakter Tita dengan segala emosi terpendamnya. Namun, yang paling mencuri perhatian adalah Angga Yunanda sebagai Muklas. Transformasi totalnya, dari citra rupawan menjadi pemuda jalanan dengan rambut pirang dan bertindik, berhasil membawa karakter Muklas hidup dengan autentik.
Â
Â
Pesan dan Visual
Film ini tidak hanya menawarkan cerita yang lokal tetapi juga universal. Budi Pekerti mengangkat isu penting cancel culture dengan perspektif yang komprehensif, dimulai dari kejadian sehari-hari yang berkembang menjadi masalah besar.
Eksplorasi visual juga menjadi poin plus dalam film ini. Wregas menyelipkan makna dalam hampir setiap objek yang ditampilkan, seperti ring light, sumur, dan nuansa warna kuning serta biru yang mendominasi.
Musik Latar
Pengalaman menonton Budi Pekerti ditutup dengan sempurna melalui alunan piano dari Gardika Gigih dalam lagu "Dan Hujan I". Kolaborasi ini menghasilkan pengalaman audiovisual yang magis dan emosional.
Kekuatan Cerita
Film ini berhasil menggambarkan betapa cepatnya dunia media sosial dapat menghancurkan reputasi seseorang melalui asumsi dan penilaian sepihak. Sutradara dengan cermat menyoroti bagaimana cyberbullying dapat berdampak buruk tidak hanya pada korban tetapi juga pada keluarganya. Kisah Bu Prani yang awalnya berjuang demi keadilan justru berbalik menjadi mimpi buruk ketika netizen yang tidak bijak memperolok dan menghujatnya tanpa dasar yang jelas.
Karakter dan Akting
Penampilan para aktor dalam film ini patut diacungi jempol. Bu Prani, yang diperankan dengan sangat apik, mampu mengekspresikan ketegangan, kebingungan, dan kepanikan yang dialaminya setelah menjadi korban perundungan dunia maya. Karakter Didit, suami Bu Prani yang menderita bipolar, juga ditampilkan dengan mendalam, menunjukkan betapa sulitnya menghadapi penyakit mental dalam situasi yang penuh tekanan.
Pesan Moral
Pesan moral yang disampaikan film ini sangat kuat dan relevan. Film ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial, tidak mudah mempercayai informasi tanpa verifikasi, dan pentingnya menilai suatu kejadian dari berbagai sudut pandang sebelum membuat kesimpulan. Selain itu, film ini juga menyoroti pentingnya mendukung dan melindungi anggota keluarga dalam situasi sulit.
Â
Kesimpulan
Dengan berbagai nilai plus dan pujian yang membanjiri internet, tidak mengherankan jika Budi Pekerti meraih 17 nominasi di Festival Film Indonesia 2023. Film ini berpotensi besar untuk mendominasi penghargaan tahun ini dan mungkin melampaui dominasi Penyalin Cahaya dua tahun lalu.
Budi Pekerti adalah bukti nyata dari kemampuan Wregas Bhanuteja sebagai sutradara dan pencerita, dengan cerita yang dekat dengan realitas, akting yang memukau, dan eksplorasi visual yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H