Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kopi Koplo: Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Racun Rindu dalam Cangkir Cantik

27 April 2024   22:25 Diperbarui: 28 April 2024   21:18 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui tafsiran puisi "Kopi Koplo" karya Joko Pinurbo, kita dapat menyimpulkan beberapa temuan dan interpretasi yang menarik.

Pertama-tama, puisi ini menggambarkan kerinduan yang mendalam dan kompleks dalam hubungan antarmanusia. Penggunaan metafora dan simbolisme, seperti "cangkir cantik" yang berisi "racun rindu", menciptakan gambaran yang kuat tentang keinginan yang mendalam namun terkadang berbahaya dalam mencari kedekatan dengan orang yang dicintai. 

Selain itu, tema ketidakpastian dalam hubungan juga tercermin dalam penggunaan kata "koplo", menunjukkan adanya ketidakjelasan atau kebingungan dalam perasaan atau situasi yang dihadapi.

Kedua, nilai estetis puisi ini sangat tinggi. Gaya penulisan Joko Pinurbo yang khas, dengan penggunaan kata-kata sederhana namun padat makna, menciptakan lapisan-lapisan dalam puisi yang memikat pembaca. Penggunaan metafora dan simbolisme juga menambahkan kedalaman dan dimensi pada karya ini, mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam di balik kata-kata yang digunakan.

Puisi "Kopi Koplo" bukan hanya sebuah karya sastra biasa. Puisi ini menggambarkan keterampilan penyair dalam mengungkapkan emosi dan pemikiran secara mendalam melalui bahasa yang kreatif dan menggugah. Kepergian Joko Pinurbo, salah satu penyair terkemuka Indonesia, menambah kepentingan dan makna dari puisi ini dalam konteks warisan seninya. Puisi ini menjadi bukti nyata akan kepiawaian dan sumbangsihnya dalam dunia sastra, serta tetap hidup sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Indonesia.

Selamat jalan penyairku, surga menantimu

Nampar Legit, 27/04/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun