Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ekspresi Sindiran: Memahami Politik Pasca Pilpres 2024

19 April 2024   19:54 Diperbarui: 19 April 2024   20:17 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sindiran Politik di Mahkamah Konstitusi (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Dalam persiapan untuk pengumuman putusan, MK menghadapi berbagai spekulasi dan tekanan dari berbagai pihak. Para pengamat politik, aktivis, dan masyarakat umum dengan cermat mengamati setiap perkembangan yang terjadi di sekitar MK, menunggu dengan tegang hasil dari proses sidang sengketa yang telah berlangsung.

Tidak hanya itu, tekanan dari berbagai pihak yang terlibat dalam sengketa juga semakin terasa menjelang pengumuman putusan. Setiap langkah yang diambil oleh MK, termasuk reaksi terhadap sindiran-sindiran yang muncul di sekitarnya, menjadi sorotan dan perbincangan hangat dalam dunia politik Indonesia.

Betapa sindiran-sindiran tersebut sebenarnya adalah bentuk ekspresi dari ketidakpuasan yang mendalam terhadap pengajuan gugatan oleh kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang mengajukan gugatan sengketa Pilpres ke MK hasil Pilpres 2024. Masyarakat yang merasa bahwa proses pemilihan sudah adil menggunakan sindiran-sindiran tersebut sebagai sarana untuk menyuarakan kepuasan mereka.

Saya mengapresiasi bahwa sindiran-sindiran yang terpampang di sekitar Mahkamah Konstitusi mencerminkan keterbukaan dalam demokrasi, di mana masyarakat memiliki ruang untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap proses politik.

Namun demikian, saya juga menyadari bahwa sindiran-sindiran tersebut menjadi indikator ketegangan politik yang sedang melanda Indonesia, mencerminkan bahwa proses politik pasca-Pilpres 2024 masih dalam tahap yang tegang dan penuh spekulasi.

Saya menganggap penting untuk memperhatikan dampak sosial dari sindiran-sindiran tersebut, dengan kekhawatiran bahwa mereka dapat memperdalam polarisasi politik atau merusak kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokratis.

Selain itu, pentingnya dialog dan rekonsiliasi dalam menghadapi perbedaan pendapat politik. Sindiran-sindiran tersebut harus dijadikan momentum untuk memperkuat dialog antarberbagai pihak dan membangun kesepahaman bersama untuk memperkuat fondasi demokrasi.

Dari 15 papan karangan bunga yang muncul di Kompleks Mahkamah Konstitusi (MK) menjelang sidang pengucapan putusan sengketa hasil Pilpres 2024, terdapat pola dan motivasi yang dapat diidentifikasi dari pesan-pesan sindiran yang terkandung di dalamnya.

Pola Sindiran dan Motivasi di Balik Pesan-pesan Karangan Bunga

Terlihat bahwa terdapat pola yang menunjukkan sindiran terhadap langkah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang mengajukan gugatan sengketa Pilpres ke MK. Pesan-pesan sindiran ini menyoroti keputusan mereka untuk menempuh jalur hukum dalam menyelesaikan sengketa, dengan menyebutkan ketidakadilan atau keanehan dalam tudingan yang mereka ajukan. Contohnya, pesan "Sama-sama merah, tapi MU enggak pernah nuduh bansos pas kalah tanding," dan "Lucu yang kalah minta tanding ulang," mengekspresikan ketidakpuasan terhadap upaya yang dinilai tidak proporsional atau tidak beralasan.

Selain itu, beberapa papan karangan bunga juga membela pasangan Prabowo-Gibran dari tudingan penyalahgunaan bantuan sosial (bansos) yang dianggap memengaruhi hasil pemilu. Pesan-pesan ini menegaskan bahwa pemilihan mereka terhadap pasangan tersebut didasari oleh keyakinan dan tidak dipengaruhi oleh faktor bansos. Ini mencerminkan motivasi untuk membela dan meyakinkan pihak lain bahwa pilihan politik mereka sah dan tidak terpengaruh oleh dugaan kecurangan.

Pola Bahasa dan Gaya

Sindiran-sindiran tersebut menggunakan gaya bahasa yang kreatif dan penuh dengan unsur humor. Contohnya, dalam pesan "Sama-sama merah, tapi MU enggak pernah nuduh bansos pas kalah tanding," terdapat unsur humor dengan menyamakan warna pakaian (merah) antara pihak yang terlibat dalam sengketa. Sementara itu, pesan "Lucu yang kalah minta tanding ulang," juga menggunakan humor untuk menggambarkan ironi dalam tuntutan tanding ulang yang diajukan oleh pihak yang kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun