Indonesia dihadapkan dengan tantangan serius terkait kekerasan terhadap anak perempuan.Â
Data yang dirilis oleh Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) pada Januari 2024 mengungkapkan angka yang mengkhawatirkan: terdapat 4.626 kasus kekerasan yang dialami oleh anak perempuan di negeri ini. Angka ini hanyalah puncak gunung es dari masalah yang lebih luas, mencakup kekerasan fisik, emosional, dan bahkan seksual. (Kompas.com, 03/04/2024)
Bahkan dengan upaya preventif dan penyuluhan yang dilakukan, kekerasan terhadap anak perempuan tetap menjadi perhatian utama. Hal ini menciptakan atmosfer yang mencekam bagi para orangtua.Â
Tidak hanya itu, melalui kasus-kasus yang terungkap, kita menyadari bahwa kekerasan ini tidak pandang bulu, menyentuh berbagai lapisan masyarakat, dari perkotaan hingga pelosok desa.
Dalam kondisi yang semakin memprihatinkan ini, penting untuk memahami akar penyebab masalah dan mencari solusi yang holistik.
Salah satu aspek yang terus muncul dalam diskusi adalah peran kedua orangtua, khususnya peran ayah, dalam mencegah kekerasan terhadap anak perempuan. Sebagian besar tanggung jawab pengasuhan anak masih terpusat pada ibu, sementara kontribusi ayah sering kali terabaikan.
Namun, dengan peningkatan angka kekerasan terhadap anak perempuan, penting untuk merefleksikan kembali peran dan keterlibatan ayah dalam membentuk lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak.
Peran Penting Kedua Orangtua dalam Mencegah Kekerasan terhadap Anak Perempuan
Peran kedua orangtua, baik ayah maupun ibu, memiliki dampak yang sangat besar dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak perempuan. Kedua orangtua memiliki peran yang unik dan saling melengkapi dalam membentuk karakter, perilaku, dan pemahaman anak-anak mengenai hak mereka untuk hidup dalam lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan.
Anak-anak sering meniru perilaku orangtua mereka. Oleh karena itu, perilaku yang ditunjukkan oleh kedua orangtua, baik dalam hubungan mereka satu sama lain maupun dalam interaksi dengan anak-anak, sangat memengaruhi cara anak-anak memperlakukan dan dipertahankan oleh orang lain. Dengan kata lain, pola komunikasi, resolusi konflik, dan penyelesaian masalah yang ditunjukkan oleh kedua orangtua dapat membentuk pemahaman anak-anak mengenai cara yang sehat dan aman untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kedua orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak tentang hak-hak mereka, termasuk hak untuk hidup bebas dari kekerasan. Melalui dialog terbuka dan penyuluhan yang terarah, orangtua dapat membantu anak-anak memahami konsep penting seperti persetujuan, batasan pribadi, dan pentingnya melaporkan segala bentuk pelecehan atau kekerasan yang mereka alami.