Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunda Pernikahan: Fenomena Sosial, Tantangan, dan Pertimbangan untuk Masa Depan

28 Februari 2024   22:31 Diperbarui: 28 Februari 2024   22:35 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunda Pernikahan: Fenomena Sosial, Tantangan, dan Pertimbangan untuk Masa Depan (istockphoto.com)

Pasangan muda hidup bersama, memiliki anak, namun menunda pernikahan secara resmi, menimbulkan pertanyaan tentang alasan dan dampak dari fenomena ini dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Ini adalah fenomena sosial di mana sebagian besar pasangan muda sudah hidup bersama, memiliki anak, namun belum menikah secara resmi. Mereka terikat sebagai pasangan hidup, dan bubar merupakan hal yang sulit karena anak hasil dari hubungan biologis mereka sudah hadir di tengah-tengah mereka.

Fenomena ini dihadapi dengan stigma dari masyarakat dan juga tekanan sosial dari keluarga serta teman-teman. Bagi anak, situasi ini dapat menciptakan ketidakpastian terkait status hubungan orang tuanya. Pertanyaannya, mengapa menunda pernikahan?

Stabilitas finansial yang lebih matang menjadi alasan utama banyak pasangan muda memilih menunda pernikahan. Keamanan ekonomi yang lebih baik bagi keluarga mereka, termasuk memenuhi kebutuhan anak, menjadi prioritas. 

Selain itu, pengembangan hubungan yang lebih kuat juga menjadi pertimbangan, di mana hidup bersama tanpa status pernikahan memberi kesempatan untuk memperkuat hubungan sebelum memasuki komitmen pernikahan yang resmi.

Alasan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan bersama juga menjadi pertimbangan. Hidup bersama sebelum menikah memberikan kesempatan bagi pasangan untuk memahami satu sama lain lebih baik, termasuk kebiasaan, nilai-nilai, dan harapan dalam pernikahan, sehingga dapat mengurangi risiko konflik di masa depan.

Dengan memiliki anak sebelum menikah, pasangan muda dapat lebih cepat menyadari tanggung jawab orang tua dan belajar untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab, mempersiapkan mereka untuk menjalani pernikahan dengan lebih matang di kemudian hari.

Jika Anda adalah salah satu pasangan yang mengalami fenomena ini, penting untuk menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya "Kapan nikah?" dengan kejujuran dan keterbukaan. Tunjukkan penghargaan atas perhatian mereka terhadap kehidupan Anda dan jelaskan alasan di balik keputusan Anda untuk menunda pernikahan.

Dalam komunikasi, ajak mereka untuk memahami pandangan Anda dan dukungan mereka dalam menjalani fase hidup yang berbeda-beda.

Dalam menunda pernikahan, perhatikan pengembangan diri dalam kematangan emosional, pengembangan karier dan pendidikan, penguatan hubungan, serta persiapan finansial. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, menunda pernikahan dapat menjadi periode yang produktif untuk pertumbuhan pribadi dan persiapan menuju masa depan yang lebih baik.

Fenomena pasangan muda yang menunda pernikahan sementara hidup bersama, memiliki anak, dan menghadapi tekanan sosial, menunjukkan perlunya pengertian dan dukungan dari masyarakat. Penundaan pernikahan dilakukan demi memastikan stabilitas finansial dan pengembangan hubungan yang lebih kuat sebelum memasuki komitmen resmi. Dengan menjelaskan alasan dengan jujur dan membuka diri terhadap pemahaman dari orang-orang di sekitar, pasangan dapat memanfaatkan periode ini untuk pertumbuhan pribadi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun