Tangan penenun itu memintal kapas putih bersih. Dijadikannya menjadi benang-benang dengan aneka warna. Lalu dia memberi nama pada setiap benang itu. Benang kesabaran, benang cinta, benang rendah hati dan benang kedamaian.
Aku bertanya padanya. Mengapa engkau memberi nama?
"Biar menjadi kain tenun yang indah" jawabnya.
Lalu aku dan dia diam.
Kami tidak lagi banyak bicara.
Membiarkan dirinya dan aku dalam hening.
Penenun menyusun benang itu pada alat tenun. Ditilik pula ketepatan rangkainnya. Setiap kali ditemukannya benang kusut, diuraikannya dengan jari manisnya. Benang kusut kemarahan diarahkan dengan penuh gairah. Benang benci dirinci dengan cintanya.
Selembar kain penuh cinta telah terbentuk sangat indah. Aku hanya bisa berdecak kagum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H