Mata langit menurunkan bulir-bulir hujan
Pada senja yang perlahan menutup bumi kepada malam
Aku dengan mata tak berkedip menatap langit dan hujan
Ada mata ibu di sela turunnya di hujan senja
Sahutan petir dan sahutan puji-pujianku menyatu dalam sukma
Menggelegar dan lebih banyak berwarna rindu
Tentang mata ibu di sela turunnya hujan senja
Seorang wanita mulia yang telah melahirkan tubuh tak baka ini
Tentang mata ibu, ya mata ibu
Bukanlah mata-mata yang mengintai kejahatan-kejahatanku
Bukan pula mata kail yang mengumpan bara api kemarahan
Tetapi mata ibu yang selalu memancarkan kasih
Sekali lagi kukatakan di tengah derasnya air mata langit
Mata ibu tidak pernah bermain mata dengan sikap nakal disaat aku kecil.
Tetapi mata ibu adalah mata yang lembut
Yang menuntun aku dalam perjalananku di setiap arah mata angin
Aku sangat tahu dan yakin seyakin-yakinnya
Ibu telah menahan begitu banyak air mata
Bukan karena ibu tidak tahu bagaimana caranya menangis
Tetapi karena ibu pandai menyembunyikan kesedihan
Agar tubuh fana ini bahagia
Litani tentang mata ibu tak cukup dilukiskan di sepotong senja
Sebab kebaikan pada mata itu mengalir kasih tiada henti
Seperti air hujan yang mengalir pada sungai menuju samudra luas
Dan kasih itu adalah pemberian total hati ibu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI