Cerita  kegembiraan jarang dijumpai. Lalu siapa aku? Aku yang menderita?"
Kadang aku berpikir ada yang salah dengan penilaian tentang diri. Aku tak pandai merangkai kisah-kisah. Betapa susah dan sulitnya mengumpulkan puzzel-puzzel yang tercecer. Lantas aku jatuh terpuruk pada penilaian yang keliru.
Hari-hari dijalani apa adanya. Tanpa memberi ruang kepada permenungan. Tetapi sayang kemampuan untuk mengingat kenangan terlampau rendah. Sekali lagi aku jatuh pada kesalahan yang sama. Lantas aku tak menemukan benang merah yang menuntun aku kepada kehidupan sekarang.
Bertanya pula pada malam: "Apa hanya luka yang dibawa pergi? Sementara kebaikan seringkali dilupakan? Apakah hidup hanya sebuah deretan panjang penderitaan  yang terus digenggam erat? Tidak! Aku harus bangun memasang ulang puzzel-puzzel kegembiraan. Mencari jalan lain."
Berkata pada malam: "Berjalan sendiri untuk memasang puzel-pusel kegembiraan? Tidak. Sekali lagi, Tidak! Aku berjuang dan pasrah kepada alam semesta. Â Mengubah konsep diri. Bahwa aku bukan penderitaan. Aku adalah kebahagiaan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H