Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulanglah!

26 Desember 2022   10:14 Diperbarui: 26 Desember 2022   19:44 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dan kamu sudah sampai pada penghujung tahun 2022. Selama kurang lebih 12 bulan telah kita lalui. Ada banyak hal yang dialami. Pengalaman pahit dan pengalaman manis datang silih berganti.

Dari berbagai macam pengalaman itu, tentunya kita tidak ingin membiarkannya berlalu begitu saja tanpa dimaknai. Oleh karena itu, saat ini merupakan momen yang paling istiwewah bagi saya untuk mengevaluasi sejauh mana pengalaman-pengalaman sepanjang tahun 2022 memberi andil bagi kelangsungan hidup kita. Dalam pengertian inilah ajakan tema pulang ke tempat asal melalui jalan lain dipahami.

Saya dan kita semua diajak untuk beristirahat sebentar. Menikmati segala keindahan dari berbagai macam pengalaman yang kita alami. Adalah bukan sebuah lelucon bila diri didandani secantik mungkin hanya untuk melihat kembali ke belakang atau untuk sekadar pulang ke titik awal.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, term pulang berarti pergi ke rumah atau ke tempat asalnya; kembali (ke); balik pulang kembali ke asalnya; kembali kepada keadaan yang semula.

Kembali ke tempat asal atau melihat kembali ke belakang adalah sebuah perjalanan pulang. Pulang untuk mengambil makna dari setiap pengalaman yang telah dialami. Untuk bisa menemukan sebuah makna maka perlu melakukan refleksi. Berjalan ke tempat asal bukan berarti kembali secara fisik kita. Sebab raga telah lelah.

Perjalanan pulang adalah sebuah aktivitas releksi diri. Seorang filsuf ternama Socrates mengatakan: "Hidup yang tidak direfleksi tidak layak untuk dihidupi". Refleksi adalah gugatan. Hidup yang tidak digugat tidak layak untuk dihidupi. Hidup ini agar bisa layak dijalankan maka harus direfleksikan atau digugat terus menerus. Refleksi adalah bergerak mundur untuk merenungkan kembali apa yang sudah terjadi dan apa yang telah dilakukan.

Pengertian pulang dalam kaitannya dengan tema juga mengajak saya dan barangkali Anda juga untuk kembali menjadi bayi yang terlahir dalam keadaan baik-tanpa dosa. Bila di tahun 2022 betapa sulit mengampuni, maka pada tahun yang akan datang lebih sering memaafkan. Seringkali memberi pada rekan kerja dan seterunya. 

Berjalan pulang terimplisit sebuah tugas untuk menanyakan apa yang telah terjadi di sepanjang perjalanan.

Apakah tidak akan tersesat? Kompas yang digunakan adalah hati. Tentang apa yang baik dan buruk hanya adalam suara hati. Mendengar apa kata hati. Hati murni yang diberikan oleh Dia yang memberikan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun