Ijinkan aku duduk di sampingmu. Membiarkan diri ini menatapmu agak lama; Seperti ranting pohon di pinggir sungai menyaksikan mengalirnya air berjalan menuju  samudera maha luas
Di saat aku menatapmu dengan tenang, hati ini bertanya:
"Masih adakah cinta di hatimu yang terus mengalir tiada hentinya; menuju hari-hari yang kita ingin capai bersama"
Sepertinya aku hanya bisa tersenyum dalam hati. Senyumanku bukannya tidak punya maksud. Mungkin engkau bisa memaknai senyumku dan mudah-mudahan tersingkaplah maksud hatiku di pikiran dan hatimu yaitu bahwa:
"Aku pasrah sebab aku ibarat pohon menerima cinta dari air apa adanya. Entah engkau mengalir dengan deras dan dengan kecepatan maksimal atau dengan gelombang pasang dan surut yang tak terukur tinggi dan rendahnya, aku tetap butuh kehadiran cintamu untuk menghidupi diri ini selama aku masih hidup. Cinta tetaplah cinta seperti air juga tetaplah air. Entah bagaimana cara air mengalir dengan caranya tetaplah dirinya sebagai air yang menghidupkan"
Hati ini ingin menitip pesan pada hatimu bahwa:Â
"Aku tidak membutuhkan cinta ketika jiwa ini pergi menghadap yang empunya hidup. Tak ada gunanya engkau mencintaiku di saat aku sudah mati sebab di saat kematian, jiwa yang membutuhkan cinta akan pergi. Ragaku seperti debu yang akan melebur kembali menjadi tanah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H