Semilir angin berhembus bermalas-malasan
Pada ranting-ranting kering nyaris jatuh terkulai ke tanah
Mentari muram tak biasanya disambut hijau dedaunan
Hambar terasa tanpa tepukan sayap-sayap burung
Bertanyalah aku pada saudara langit-langit
Bertanya juga pada bukit-bukit,
Menanyakan pula pada parit-parit
Mencungkil jawaban tetapi tak terungkit
Aku  bertanya pada lembah-lembah
Aku bertanya pula pada sampah-sampah
Mengapa kering tanah memecah
Mengapa sumber air menjadi punah
Aku tak bisa menjawab mengapa kering tanah terbelah
Aku tak mau berpetuah sebab mulut tak lagi basah
Kata-kata sudah menerobosi dalamnya palungan pikiranmu
Siulan hatimu telah menjadi batu granit terlilit penjepit
Kamu diam, tapi apakah itu sudah cukup