Etika Imanuel Levinas
Etika menurut Levinas adalah relasi yang konkret antar personal dalam bentuk kehadiran wajah. Relasi personal yang konkret yang terealisasi dalam kehadiran wajah semestinya dipahami dalam dua hal sekaligus. Pada satu pihak kehadiran wajah dalam pengertian hadir secara fisik. Dan pada pihak lain kehadiran wajah juga merupakan kehadiran yang transenden.
Kehadiran wajah secara fisik dipahami sebagai kehadiran seorang manusia yang memiliki ciri-ciri fisik seperti memiliki hidung, telinga, mulut, tangan, kaki dan lain sebagainya.
Kehadiran wajah dalam level ini menunjukan identitas manusia secara fisik yang kita lihat pada orang lain yang kita jumpai maupun yang kita miliki sekarang.
Kehadiran yang transedental yang dimaksudkan oleh Levinas adalah kehadiran “Yang Lain” yang tak terbatas. Yang Lain tak terbatas terpresentasi dalam kehadiran fisik orang yang ada di hadapan saya.
Wajah orang lain tidak hanya hadir secara fisik tetapi kehadiran fisik itu sekaligus membuat saya “cemas” dan menuntut saya untuk bertanggung jawab atas kehadiran “Yang Lain”. Aku harus keluar dari diri saya sendiri dan menaikkan kualitas relasi. Kehadiran wajah di hadapanku sekarang adalah kehadiran “Yang Lain” yang lebih tinggi posisinya daripada aku karena ada ketidakberhinggaan pada kehadiran wajah orang lain.
Konsekuensi kehadiran “Yang Lain” di hadapan saya sekarang adalah saya bertanggung jawab. Tanggung jawab atas kehadiran “Yang Lain” dengan sifatnya tak terbatas direpresentasikan dalam sikap saya yang menghargai hak-hak orang lain yang sekarang berada di hadapanku. Dan tanggung jawab terhadap hak-hak orang lain itu bukanlah suatu perintah. Karena bukan suatu perintah, maka saya tidak dapat mengelak dari tanggung jawab itu.
Relevansi pemikiran Levinas dalam relasi pelanggan dan produsen
Pertanyaan apa yang terbersit di pikiran Anda ketika seseorang (entah seseorang itu sebagai pelanggan/produsen) hadir di hadapanmu kini terjawab sudah. Bahwa kehadiran sebagai pelanggan maupun sebagai produsen seharusnya dilihat dari dua aspek sekaligus yaitu kehadiran fisik dan kehadiran transedental.
Dalam relasi bisnis yang melibatkan konsumen dan produsen tidak hanya sebatas kehadiran soal untung rugi tetapi kehadirannya adalah kehadiran “Yang Lain” dari dimensi tak terbatas.
Bagi pelanggan, kehadiran produsen tidak hanya sebagai pihak yang mencari untung semata tetapi dia adalah kehadiran “Yang Lain” yang menuntut pelanggan bertanggung jawab.