Mohon tunggu...
Eivelinhlz
Eivelinhlz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Saya merupakan seorang penyanyi yang mencintai dunia musik dan selalu mengekspresikan diri melalui lagu-lagu yang penuh makna

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Media Sosial Dalam Menciptakan Perubahan Sosial yang Signifikan

24 Desember 2024   23:35 Diperbarui: 25 Desember 2024   03:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Media Sosial: Katalisator Perubahan atau Pemicu Polarisasi?

Di era digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari berbagi momen pribadi hingga menyuarakan isu global, platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, hingga TikTok memiliki kekuatan luar biasa untuk memengaruhi opini publik dan menggerakkan perubahan sosial. Namun, di balik potensinya yang masif, media sosial juga membawa tantangan yang tidak boleh diabaikan.

Artikel "Peran Media Sosial dalam Menciptakan Perubahan Sosial yang Signifikan" menyajikan dua sisi mata uang dari fenomena ini. Di satu sisi, media sosial telah membuktikan dirinya sebagai alat yang efektif dalam memobilisasi massa, seperti dalam gerakan #MeToo atau Black Lives Matter. Bahkan di Indonesia, media sosial menjadi wadah untuk memperjuangkan isu-isu sosial seperti gerakan #SaveKPK yang berhasil menggemakan aspirasi masyarakat terhadap keadilan.

Namun, sisi gelap media sosial tidak kalah signifikan. Penyebaran disinformasi yang masif dan pembentukan ruang gema (echo chambers) membuat masyarakat semakin terkotak-kotak dalam pandangan yang sepihak. Polarisasi politik dan sosial menjadi ancaman nyata, yang semakin diperparah oleh algoritma platform yang mengutamakan engagement daripada validitas informasi.

Fenomena "slacktivism" juga menjadi ironi. Dukungan simbolis seperti memberikan "like" atau membagikan konten sering kali tidak diiringi dengan aksi nyata, sehingga gerakan sosial yang seharusnya menghasilkan perubahan struktural sering kali berhenti di dunia maya.

Lantas, bagaimana kita mengoptimalkan media sosial untuk perubahan sosial yang positif? Kuncinya ada pada literasi digital. Masyarakat perlu dididik untuk lebih kritis terhadap informasi yang diterima. Selain itu, platform media sosial harus bertanggung jawab dengan menciptakan algoritma yang lebih transparan dan mendorong diskusi yang sehat.

Regulasi yang mendukung ruang digital inklusif juga menjadi kebutuhan mendesak. Namun, regulasi ini harus berhati-hati agar tidak mengancam kebebasan berekspresi. Pada akhirnya, media sosial adalah alat---dampaknya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan pemahaman yang tepat, platform ini bisa menjadi katalisator perubahan sosial yang konstruktif, alih-alih menjadi pemicu polarisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun