PembahasanÂ
 Niccol Machiavelli, dalam karya terkenalnya Il Principe (Sang Pangeran), menggambarkan kepemimpinan sebagai seni memerintah yang didasarkan pada realitas, bukan moralitas atau idealisme. Ia percaya bahwa seorang pemimpin harus memahami sifat dasar manusia dan menggunakan kekuasaan secara strategis untuk menjaga stabilitas, keamanan, dan kekuasaan.
Kepemimpinan Machiavelli didasarkan pada pandangan realistis terhadap sifat dasar manusia. Menurut Machiavelli, pemimpin harus memahami perilaku dan motivasi manusia untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan. Beberapa sifat manusia yang menjadi landasan teori kepemimpinan ini meliputi:
1. Tamak dan RakusManusia cenderung memiliki keinginan besar untuk memperoleh lebih banyak, baik itu harta, kekuasaan, atau status. Sifat rakus ini sering membuat manusia sulit puas dan terus berusaha untuk mendapatkan keuntungan lebih. Seorang pemimpin harus mampu mengelola keserakahan manusia ini, baik melalui pemberian insentif maupun pengendalian.
2. Ingin Menguntungkan bagi Dirinya SendiriMachiavelli menegaskan bahwa manusia cenderung egois, lebih memikirkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Oleh karena itu, pemimpin harus memperhitungkan sifat ini dalam pengambilan keputusan, misalnya dengan memberikan manfaat yang nyata kepada rakyat untuk mendapatkan dukungan.
3. Keinginan untuk Lepas dari AncamanManusia akan selalu berusaha menghindari bahaya atau situasi yang mengancam kehidupannya. Pemimpin yang efektif harus mampu memberikan rasa aman kepada rakyatnya dan menunjukkan kekuatan untuk melindungi mereka, agar mendapatkan loyalitas dan kepercayaan.
4. Tidak Tahu Terima KasihManusia sering kali melupakan jasa atau kebaikan yang diberikan kepada mereka, terutama jika mereka merasa tidak lagi membutuhkan pemberi bantuan. Oleh sebab itu, pemimpin tidak boleh terlalu bergantung pada rasa terima kasih, tetapi lebih kepada pengendalian kekuasaan yang strategis.
5. Suka Berbohong dan Menyembunyikan SesuatuMachiavelli memahami bahwa manusia sering bertindak tidak jujur untuk melindungi kepentingan pribadinya. Dalam hal ini, pemimpin juga perlu menggunakan taktik dan strategi yang bijaksana, termasuk diplomasi yang cerdik, untuk menjaga kekuasaannya.
6. Tidak Stabil (Mencla-Mencle)Manusia sering kali tidak konsisten dalam pikiran, keputusan, atau tindakan mereka, terutama ketika dihadapkan pada perubahan situasi. Pemimpin harus mampu mengantisipasi ketidakstabilan ini dengan membuat aturan yang tegas dan konsisten, sehingga rakyat tetap patuh.