HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada tahun 2024, jumlah estimasi ODHIV hidup di Indonesia sekitar 503.201 orang. Total ODHIV ditemukan sampai Desember tahun 2023 sebanyak 422.942 orang. Hingga Juni 2024, terdapat 351.378 ODHIV hidup dan mengetahui status HIV mereka dan 217.482 ODHIV mengetahui status dan sedang mendapat pengobatan ARV. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 disebutkan bahwa target kejadian infeksi baru HIV pada tahun 2024 adalah sebesar 0,18 per 1000 penduduk.Â
Salah satu inovasi penting dalam pencegahan HIV adalah penggunaan Pre-exposure Prophylaxis (PrEP), sebuah pendekatan yang melibatkan pemberian obat antiretroviral kepada individu yang belum terinfeksi HIV tetapi memiliki risiko tinggi untuk terpapar virus tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2023). Sejauh ini hingga bulan September 2024 program PrEP menunjukan perkembangan yang baik dengan partisipasi yang meningkat secara signifikan baik dari layanan yang menginisiasi PrEP (562 layanan) maupun partisipasi klien dalam menggunakan PrEP sebanyak 22.616 orang.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, pada triwulan pertama dan kedua tahun 2024, terdapat 8782 orang yang menginisiasi PrEP. Kemudian pada triwulan ketiga, jumlah ini meningkat menjadi 10.257 orang. Angka tersebut naik sebanyak 16,6% dari triwulan 1 dan 2. Hal ini membuktikan bahwa program PrEP berkembang secara signifikan di antara rentang waktu Januari hingga September 2024.Â
Pada periode Januari-September 2024, populasi PrEP terbanyak adalah populasi kunci LSL dari keseluruhan pengguna PrEP. Berdasarkan perkembangan per-provinsi, provinsi Jawa Tengah memiliki klien PrEP terbanyak di periode Januari-September 2024, disusul oleh provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Â
Dilihat dari grafik analisis alasan berhenti menggunakan PrEP menunjukan bahwa paling banyak alasan merasa sudah tidak beresiko terinfeksi HIV. Pindah layanan atau program dan kehabisan stok obat juga merupakan alasan kedua dan ketiga terbanyak klien berhenti menggunakan PrEP.
Rekomendasi untuk Pihak Terkait
1. Kementerian Kesehatan RI
- Meningkatkan koordinasi di semua layanan PrEP sehingga tidak adanya data yang tidak lengkap sehingga akan memudahkan untuk analisis lebih lanjut.Â
- Gencar memperluas layanan yang menginisiasi PrEP di berbagai provinsi sehingga akan semakin dekat dengan target global untuk mengakhiri epidemi HIV pada tahun 2030, yang dikenal dengan three zero infections khususnya zero infeksi baru HIV.Â
- Meningkatkan koordinasi terkait penyediaan obat sehingga dapat didistribusikan ke layanan yang sekiranya membutuhkan stok obat ARV.Â
- Mengadakan monitoring dan evaluasi rutin agar program PrEP dapat terus berkembang, dengan upaya menindaklanjuti keluhan layanan, maupun mengevaluasi hal yang kurang maksimal di layanan, dan dijadikan sebagai materi pembelajaran untuk kedepannya.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Memperkuat kerjasama dengan komunitas sebagai mitra kerjasama pada pelaksanaan program PrEP untuk meningkatkan jangkauan program.
- Mengumpulkan data secara sistematis dan monitoring berkelanjutan untuk mengevaluasi efektivitas program.
- Mengadakan lebih banyak pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai prosedur administrasi PrEP, termasuk cara memberikan konseling dan memahami bagaimana melakukan penapisan awal.
- Memperluas fasilitas kesehatan yang menyediakan program PrEP agar lebih banyak orang yang dapat mengakses.