Ukuran: 13 cm X 20 cm
Halaman: x + 122 hlm
2. Deskripsi Buku:
Buku ini merupakan salah satu dari beberapa karya yang ditulis oleh Neng Dara Affiah, beliau memiliki ketertarikan dengan isu gender yang dilihatnya melalui perspektif seorang intelektual dan cendekiawan muslimah. Tentunya, yang menarik dalam buku
“Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas” adalah sekumpulan cerita mengenai pengalaman pribadi terkait dengan gender dan Islam serta berbagai identitas lainnya seperti Etnisitas yang ditulis dengan kalimat ringan sehingga mudah dipahami oleh para pembaca sekalian.
Dari beragam latar belakang kehidupannya, dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca, khususnya yang memiliki kesamaan ketertarikan terkait isu gender dan Islam. Sebab, dalam buku ini, akan banyak dibahas mengenai pengalaman hidup Neng Dara Affiah sebagai muslimah feminis dalam upayanya melawan sistem patriarki yang telah mengkristal dan membudaya di lingkungan pesantren dimana tempat ia tumbuh dan berproses hingga sukses seperti saat ini.
Dalam buku tersebut, memiliki empat tema, yakni Aku dan Etnisitas; Aku sebagai Muslim; Aku sebagai Perempuan; dan Aku sebagai Anak Bangsa. Oleh karena itu, saya akan mereview buku ini dari berbagai perspektif metode kualitatif, yaitu sebagai berikut.
*Berdasarkan Sudut Pandang Metode Kualitatif: Etnografi
Apabila menelaah buku ini dengan menggunakan studi kualitatif-etnografi, bahwa penulis menjelaskan pengalamannya berdasarkan runtutan waktu yang sesuai dengan kejadian, yakni berlatar tahun 1980-an yang didasarkan atas pengalaman hidupnya sendiri serta melakukan pengamatan dan juga wawancara terkait dengan orang-orang yang memang terlibat dalam kehidupannya, misal dari kakek buyut, ayah, ibu, dan keluarga besar lainnya. Dalam bab 1 yang berjudul “Aku dan Etnisitas” diketahui bahwa keluarga penulis berasal dari Banten, di daerah tersebut mayoritas penduduknya memeluk agama Islam dengan beberapa minoritas dari suku luar, yakni Ambon yang berkeyakinan non-muslim (Kristen), namun mereka harus menyesuaikan dengan adat dan kebiasaan (tradisi) yang telah diwariskan dan ditetapkan oleh masyarakat Banten, misalnya dengan memakai jilbab untuk mengikuti beberapa agenda acara disana.
*Berdasarkan Sudut Pandang Metode Kualitatif: Perspektif Gender
Berkaitan dengan perspektif gender, berfokus mengenai identitas seorang perempuan yang tumbuh di lingkungan muslim. Telah diceritakan bahwa penulis telah disosialisasikan mengenai peran gendernya sebagai perempuan, namun didikan peran gender orang tua dan lingkungannya cenderung bersifat tradisional, yakni memegang teguh bahwa perempuan harus bisa memasak dan bekerja di rumah (domestik) dan didikan tersebut tidak berlaku bagi saudara laki-lakinya, sehingga disini terlihat sekali ada kesenjangan gender di dalam keluarga, intinya figur menjadi seorang perempuan haruslah lembut dan patuh, karena jika tidak, akan dipandang “buruk” oleh orang lain.
Demikian yang memunculkan motivasi penulis untuk mendobrak stigmatisasi yang diberikan kepada perempuan dan menyuarakan bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Munculnya motivasi tersebut berasal dari tokoh panutannya yang paling terdekat, yakni neneknya yang akrab disapa H Siti Masyitoh, memiliki latar belakang pendidikan dari pesantren dan menerapkan keilmuannya untuk masyarakat sekitar. Dan dari hal tersebut menyebabkan penulis menjadi seorang penggiat feminis dan penggerak organisasi feminis demi menyejahterakan perempuan serta melanjutkan perjuangan dari panutannya.