Mohon tunggu...
PenaYonda
PenaYonda Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan guru jalanan

Menulis adalah suatu keabadian. hanya buah pemikiran yang dapat ditingalkan sebagai kenangan abadi di bumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk Ibu

8 September 2022   13:34 Diperbarui: 9 September 2022   09:38 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu adalah seorang ratu yang tidak bermahkota, tapi bertelapak kaki surga.( P. Arbi Y, 12 agustus 2021). Burung pagi bernyanyi kau telah pergi berkebun, Empunya di pagi hari membungkus tulang kering mu. Kau memikul noken-noken besar dan kau pergi untuk jual hasil panenan-mu, untuk menunjang sekolah ku.( Roy Kombian.lyric;2016).

Di waktu kecil, kau tidak terganggu dengan perilaku tidak wajar, seperti buang air kecil dan besar saat kau sedang makan, justru kau membersihkan nya dengan tanggung jawab. Memeluk ku dengan kasih sayang, saat meminta susuatu dengan bahasa air mata(menangis). Orang lain dilingkungan melihat mu, marah kepada ku tapi, mereka belum tahu, didalam kemarahan mu, mengandung pesan mendidik hidup ku.  Aku bersyukur memiliki mu mama.

Saat bergegas jual hasil panenan kebun dari dusun desa, kau duduki aku di antara noken-noken besar yang kau pikul. Setelah dipasar aku menghitung barisan dan tumpukan jualan itu sambil bermain. kau menahan panas mentari yang begitu mengila, ku amati pakaian sobek-sobekan mu yang kau kenakan itu kesana-kemari oleh tiupan angin yang tak menentu nasip jualan hari itu.

Hampir setiap kali berjualan, hal itu jadi terus menerus. Tapi saya percaya, bagi mama sudah biasa saja. dari hasil jualan yang tidak menentu itu, kau mengolah sisipkan sedikit-demi sedikit, hari ganti hari, bulan dan tahun pun berlalu. semua itu kau lakukan utuk menunjang sekolah ku.

Perjuangan mama adalah semangat hidup-ku. Nilai: kasih sayang,kepedulian, pengorbanan, dan kerja keras, akan ku tanjapkan didalam sanubari ku, aku berdoa dengan tetesan air yang membasahi daerah pipi, bahwa semangat juang itu datang ke hidup-ku.

Maaf mama, aku melakukan apapun kepada orang lain seperti nilai-nilai yang kau teladani. Sebagai wujud dari membalas budi mu tetapi tetap saja, masih terganjal di benak-ku betapa dalam dan luas kasih sayang mu pada-ku.  

Bagi ku menulis perihal ini adalah cara-ku menggobati  ganjalan kasih sayang-mu Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun