Oleh Evi Susilowati
Kamis, 6 Juni 2024. Alhamdulillah pada hari Rabu malam kemarin saya bisa mengikuti pembelajaran kelas KBMN pertemuan ke 14 meskipun endingnya tertidur sejenak hehehe.Â
Dari Pembelajaran malam itu banyak sekali pengetahuan tentang pantun yang disampaikan pak Mif mulai dari sejarahnya sampai ke trik atau tips cara membuat pantun dengan mudah. Sebelumnya kita hanya tahu sebatas ciri-ciri dan contoh pantun waktu di pembelajaran sekolah atau di acara-acara yang selalu dimulai dengan pantun-pantun kutipan dari mabah goegle.Â
Pak Mif yang berasal dari Demak ini menyampaikan tentang tradisi pantun di Indonesia. Bahwa Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam, salah satunya adalah pantun. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Untuk melihat tayangannya silakan singgah di link di bawah ini.Â
https://www.youtube.com/watch?v=YStl3VmOvIc
Tayangan tersebut di atas merupakan salah satu seniman kentrung dari Demak, almarhum mbah Samsuri. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Kita sebagai warga negara Indonesia, patut berbangga karena kita kaya akan seni. Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. Kita patut lebih bangga lagi yaitu bahwa pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).
Nah, mulai sekarang jangan malu belajar pantun dan memperingati hari pantun sedunia setiap setiap tanggal 17 Desember.
Pantun itu tidak hanya terdapat di Melayu saja. Berbagai daerah di Indonesia juga terdapat pantun. Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende. Sedangkan di Sunda dan Jawa, pantun dikenal dengan nama paparikan.
Fungsi Pantun sebagai berikut: