MEMBANGUN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAHÂ
MELALUI KESEPAKATAN KELAS
Â
Oleh: Evi Sukmawati, S.Pd.
CGP Angkatan 6Â
UPTD SMP Negeri 7 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat
Latar Belakang
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Sementara itu, pendidikan Indonesia kini telah memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran, proyeksi, dan harapan yang bangsa kita upayakan agar mewujud pada murid Indonesia di masa depannya kelak. Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah Pancasila: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebhinekaan global; (5) Bernalar kritis; (6) Kreatif.
Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang pendidik hendaknya mampu mengembangkan lingkungan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidik menghamba pada anak. Berpihak pada murid di sini berarti seorang pendidik selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid sebagai acuan utama. Selain itu, seorang pendidik juga harus memiliki visi yang jelas dan terarah serta sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan visi tersebut, seorang guru harus menerapkan nilai dan peran guru penggerak dan mampu mengolaborasikan kekuatan tiap individu untuk membuat prakarsa perubahan yang kemudian dituangkan dalam Paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA.
Berdasarkan paparan di atas, salah satu tanggung jawab seorang guru dalam menerapkan nilai dan peran guru penggerak adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang berpihak pada murid sesuai visi guru penggerak. Hal ini dapat diwujudkan jika seluruh warga sekolah saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik yang akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah. Pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif. Budaya positif adalah jembatan dalam mewujudkan murid dengan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Salah satu upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid adalah menciptakan lingkungan kelas yang yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun keyakinan kelas. Keyakinan kelas dipilih karena setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk itulah diperlukan penciptaan keyakinan-keyakinan dasar bersama di antara warga kelas.