"Kak, dosa itu apa?" tanya seorang anak mungil padaku disela-sela aksi sosial mahasiswa. Aku yang daritadi sibuk berkutat dengan onlineshop di bb jadi terdiam. "Menurut kamu apa?" tanyaku balik. "Ya pokoknya nanti dapat hukuman dari Allah." Aku yang notabene susah berargumen di depan anak kecil hanya tersenyum dan mengangguk. "Berarti ibu ku berdosa dong ya udah ninggalin aku di panti ini," raut mukanya berubah sedih. Aku tarik tangan bocah itu agar lebih merapat ke tubuhku. "Adik kangen ibu?" dia mengangguk. Teringat aku pada sosok teman di masa high school, rajin, ramah, pintar bergaul. Hingga suatu saat dia mengabariku kalau dia hamil. "Sama siapa kamu....?" teman ku hanya menggeleng lemah dengan air mata terus mengalir. Saat itu yang bisa aku lakukan sebagai teman hanya memeluknya. Aku gak terlalu dekat dengannya, tapi mengapa dia percaya dan bercerita hal se-aib- ini padaku?? "Apa anak ini akan ikut berdosa nantinya akibat ulahku?" tanyanya. Aku menggeleng cepat. "Aku gak mau nambah dosa lagi, aku gak mau gugurin anak ini," ungkapnya. Dua tahun kemudian aku dengar teman ku tiada. "Anaknya?" responku spontan menanggapi berita itu. Dititipin ke panti asuhan di Jogja. Er meninggal setelah melahirkan, karena jantungnya memang lemah. foto: google.com Aku tidak tau siapa anak kecil yang ada di dekatku saat ini. Yang pasti dirinya tak boleh punya memory buruk tentang karakter ibunya. Saat aku dan teman-teman kampus beranjak, dia masih memandangiku dengan harap. Aku berjongkok dan mencium keningnya. "Bersyukurlah pada Allah karena ibumu telah memperjuangkan kehidupanmu di dunia. Dimanapun ibumu sekarang pasti akan merindukan dan menyayangimu. Berdoa ya dek ya semoga dosa ibumu diampuni oleh Allah." "Iya kak, aku sayang ibuku. Hati-hati di jalan ya kak." Aku tersenyum. Perjalanan pulang bagitu menyiksa batinku. Aku yang sebesar ini saja belum mampu menyayangi ibu ku dengan tulus seperti ibu ku menyayangiku, padahal aku punya ibu yang hingga saat ini merawat, membesarkan, mendidik, mencintai, dan berjuang demi aku. Aku raih handphone dan menelepon ibuku, sekedar say love you mom. Mungkin nasib orang tak sama, seperti nasib adik Eza yang begitu dicintai orang tuanya. Memiliki kehidupan yang cukup bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H