Timnas Indonesia tampil penuh percaya diri di piala asia u-23 edisi tahun ini. Kendati datang dengan status debutan, tak nembuat nyali para punggawa garuda muda ciut.
PSSI sebagai induk federasi sepakbola Indonesia menargetkan target untuk lolos dari fase grup. Dengan status timnas yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di turnamen afc u-23 ini, menjadi pekerjaan berat bagi pelatih Shin Tae Yong untuk menyelesaikan misi tersebut.
Faktor lawanpun menjadi kendala. Karena timnas berada pada grup maut bersama tuan rumah Qatar, Jordania, serta langganan piala dunia Australia.
Walau di pertandingan awal timnas "kalah" oleh Qatar, namun mereka bangkit dengan mengalahkan Australia dan membantai Jordan 4-1. Alhasil, Timnas pun berhasil lolos dari grup neraka, dengan status runner up.
Lanjut ke fase gugur, Korea sudah menanti. Pertarungan ketatpun terjadi hingga akhirnya anak-anak muda ini melangkah ke semifinal, dan menghentingkan langkah Korsel lewat drama adu penalti.
Misi Menuju Paris
Setelah berhasil masuk semifinal, target selanjutnya yaitu membawa timnas untuk mendapatkan satu slot untuk berlaga di olimpiade Paris.
Syaratnya, kita mesti berada di 3 besar. Namun, perlawanan ketat dari Uzbekistan menghapus asa untuk berlaga di partai final.
Absennya Rafael Struijk, dianulirnya gol Ferrari, dan diperparah dengan straight red card yang diterima sang kapten Rizky Ridho, menambah sulit bagi timnas buat membalikkan keadaan.
Setelah kalah, Indonesia masih punya kesempatan berlaga di olimpiade dengan cara menjungkalkan Irak dalam partai perebutan tempat ketiga.
Naas, disinipun timnas kembali kalah 2-1 lewat perjuangan melelahkan hingga 120 menit. Kesempatan emas tampil di olimpiade paris pun tidak bisa didapat lewat jalur afc cup.