Mohon tunggu...
evi masruroh
evi masruroh Mohon Tunggu... -

perbedaan adalah ilmu kesempurnaan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Jalanan dalam Ingatan

26 September 2013   10:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Begini nih rasanya kalo kejenuhan mulai menghinggapi alur rutinitas. kerinduan masa-masa 'liar' menyeruak lagi. eits!jangan dulu membangun persepsi negatif dari kata 'liar' tadi...masa 'liar' buatku adalah masa ketika hidup masih berpondasi pada aturan diri. mau ini mau itu semau gue kata orang betawi bilang.tapi yang terpenting resiko juga ditanggung sendiri.hheheheheee..kurang lebihnya 3 tahun silam,,ketika masih menjalani rutinitas sebagai tukang ojek, tepatnya tukang anter jemput mbakyu tercinta kerja di Kota Purwokerto. ada rasa tersendiri tiap kali menempuh perjalanan Sokaraja-Purwokerto-Sokaraja. melewati beberapa titik lampu merah kuning ijo. di situs ini,,acapkali beberapa sosok anak-anak 'bermain' dan 'berdendang. tapi tidak sembarang bermain dan tidak sembarang berdendang. karena dari aktifitasnya itu,membuahkan sejumlah nilai rupiah.
'anak jalanan',,sebuah istilah untuk anak-anak yang melakukan aktifitas (hidup,nyari uang,main dll) di jalanan. oleh UU No 23 Th 2002 ttg Perlindungan anak, kriteria anak jalanan dibatasi hingga umur 18 tahun. dalam posting ini,,malas saya membahas ttg peraturan2 atau teori2 ttg anak jalanan. disini saya hanya ingin bermain dengan pola pikir saya sendiri tentang 'anak jalanan'. tanpa membaca sejumlah penelitian dari beberapa LSM atau aktifis2 di Indonesia,,saya yakin masyarakat terutama pemerintah memahami tentang gambaran umum kehidupan anak jalanan.terutama tentang pengaruh-pengaruh negatifnya bagi anak itu sendiri,entah dari segi fisik maupun psikis. sehingga menimbulkan persepsi negatif pula pada kalangan masyarakat awam secara umum. tapi justru menimbulkan ketertarikan pada diri saya untuk melihat lebih dekat dan ada secercah harap ingin pula merasakan.
ada satu unsur yang membuat saya tertarik pada sosok anak-anak jalanan,terlepas point2 negatif yang dimilikinya. 'mandiri',,satu kata yang sangat menentukan dalam proses hidup seorang manusia. besar salut saya pada anak-anak jalanan yang berani mempertahankan hidup dengan tekanan dari berbagai hal. senyum dan canda tawa masih terukir di wajah-wajah mereka meski sesungguhnya fisik & psikis mereka terancam.
beranjak dari berbagai latar belakang alasan yang membuat mereka harus turun ke jalanan. broken home,pergaulan,dan yang paling ironis justru karena desakan dari orang tua yang seyogyanya menjadi pelindung dan penuntun. saya sangat kagum,,,mereka mampu menghilangkan begitu saja rasa malu dalam diri mereka. berkaca pada diri sendiri,,,apakah aku mampu jika harus menjalani kehidupan seperti mereka??/
pada suatu sore, kesempatan dari Allah mempertemukanku dengan seorang anak jalanan laki-laki yang sering saya jumpai di perempatan lampu merah bilangan Pasar Wage Purwokerto. dari perbincangan yang diselingi ngamen, saya tau bahwa dia bernama  Faris. masih berstatus pelajar di sebuah sekolah dasar.tepatnya kelas 5 waktu itu. dan rumahnyapun tidak jauh dari lokasinya ngamen tiap sore. trenyuh saya mendengar alasannya ngamen,,dia tegaskan dia ngamen tanpa paksaan dari orang tuanya. benar-benar niatnya muncul dari benaknya sendiri untuk membantu orang tuanya membayar biaya sekolah. amazing! anak seusia ini, ikhlas menjadi ejekan teman-temannya dan incaran Satpol PP untuk sebuah niat yang tulus. dan satu hal fisik yang membuat saya heran,,wajahnya terlihat ceria,tawa tak pernah luput dari bibirnya.
sebuah cerita kecil yang saya dapat di jalanan Jendral Sudirman..menggugurkan anggapan negatif tentang anak jalanan secara umum. pesan berharga untuk saya sendiri khususnya,,malu adalah virus mematikan untuk sebuah niat yang suci..dan mandiri adalah kunci utama mengarungi proses kehidupan.
hingga posting ini saya buat,,,saya tidak lagi menemukan wajah Faris yang suka nyengir di perempatan Pasar Wage.entah seperti apa Faris sekarang..semoga selalu dalam perlindungan Allah. Salut saya untuk seluruh anak jalanan Indonesia. Allah Bless U!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun