Waktu itu aku selalu berdoa agar kelak aku dapat teman hidup anak jurusan teknik mesin. Selalu berdoa, berharap dan menghayal memiliki partner hidup anak teknik mesin. Entah kenapa aku berdoa dan minta kepada Allah agar diberi paketan mahkluk yang bersekolah di jurusan teknik mesin. Ternyata Allah mendengarkan doaku. Allah mengenalkan aku dengan makhlukNya yang bersekolah di jurusan teknik mesin. Aku harap dia adalah paketan dari Allah yang ditujukan untukku. Aku harap suatu saat dia adalah benar-benar partnerku yang dikirim Allah untukku.
Trimakasih Allah kau telah mengenalkan aku dengannya. Mungkin hanya aku yang merasakan, tapi perjalanan dengannya yang kemarin itu bagiku sangat menyenangkan. Ya Allah, sebenarnya aku ingin dia. Aku sangat sayang dia. Aku sangat merindukannya. Tak pernah seperti ini sebelumnya. Perasaan yang begitu dalam terhadap seseorang. Tapi kenapa dia tak bisa merasakannya. Inginku kau juga merasakan apa yang aku rasakan dan mengatakan semuanya padaku.
Sulit sekali dilukiskan dan diungkapkan, sebenarnya hubungan apakah yang sudah kami jalin. Aku juga tidak tau mengarah kemana hubungan itu. Tak ada dari kami yang mampu mengungkapkan atau mendefinisikan hubungan kami. Semua menguap begitu saja. Padahal bukan itu yang aku inginkan. Aku menginginkan lebih.
Hei sarjana teknikku yang sangat tampan bagiku, hehehe. Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau sudah makan dengan baik? Istirahat dengan cukup? Masihkah kau keras kepala tak mau pulang?bagaimana rencanamu kedepan setelah lulus ini? Kamu jadi bekerja dimana? Apa kau sekarang lagi bahagia? Tidakkah sedikit saja dalam benakmu untuk memikirkanku? Aku sangat merindukan kamu, jelekku! Aku sangat takut sekali saat membayangkan, aku tak akan bisa melihatmu lagi. Saat kau bilang ingin bekerja tidak di malang, betapa sangat sedihnya hati ini. Aku tak bisa lagi melihatmu. Dan aku senang sekali saat kau juga bilang, “aku juga sedih gak bisa bertemu denganmu”. Kalau saja omongan itu benar-benar bisa kupegang. Kenapa menguap begitu saja dan hanya aku yang mengingat itu. Aku sangat mengingat betul, saat kau bilang kangen padaku. Saat kau bilang ingin mengajakku kencan lagi. Aku menunggu saat-saat seperti itu datang lagi. Apakah kau sekarang benar-benar sudah punyak pacar? Kenapa kau tidak mengerti, tindakan yang kamu lakukan itu sangat melukaiku.
Saat mengetahui statusmu di FB berubah, dan yang kuketahui dari FB kau sudah tak single lagi, aku berpikir mungkin memang sudah saatnya hubungan yang tak jelas ini di akhiri. Dan mungkin inilah yang terbaik. Dan ternyata aku tak begitu kuat untuk menerima semuanya. Aku masih sangat merindukanmu. Dan ingin lagi merasakan saat-saat yang manis dulu. Ingin sekali bertanya padamu, “kenapa kau seperti ini padaku, kenapa harus aku, apa aku hanya yang sesaat untukmu, apa aku hanya mainanmu?”
Walaupun sekarang aku sudah punyak pacar, hati ini selalu berpihak padamu, jelek !! Dan itu sangatlah menyiksaku. Mungkin dari luar aku selalu tertawa dan seolah tidak ada yang berubah dariku. Aku tak ingin mencintai orang lain selain dia. Dan aku tak ingin rasaku untuknya luntur. Namun, aku tak boleh demikian. Aku harus bisa berjalan dan belajar menuju kepastian. Akhirnya selang berapa hari, setelah aku melihat status Fbnya berubah, aku dengan tanpa pertimbangan dan pemikiran yang hanya dilandasi emosi, aku menerima kehadiran orang baru.
Aku terlihat sangat jahat sekali ke pacarku. Pacarku selalu baik tapi aku tak bisa membalasnya. Pacarku selalu ada untukku namun aku tak kunjung bisa memberikan ruang dihatiku. Aku masih tak bisa. Aku harus mengakhirinya. Ternyata mendatangkan orang baru itu bukanlah cara yang bagus untuk melupakan seseorang. Aku benar-benar tak bisa move darinya. Aku sealu saja merindukannya, jelekku. Mungkin sendiri itu adalah cara yang pas daripada jalan dengan orang yang benar-benar tak mampu membuatku berdebar-debar.
Hei, kau yang bersarjana teknik, entah kenapa hanya kamu yang selalu ada dipikiranku. Aku tak mengerti di mulai dari mana perasaan ini. Namun yang kutahu, semakin hari aku semakin merindukanmu. Aku menunggumu. Sampai sekarang aku masih menunggumu. Otakku selalu terpusat olehmu. Terkadang aku sangat membenci diriku sendiri yang tak mampu move darimu. Walaupun banyak yang datang menghampiri, namun tak ada yang sepertimu, tak ada yang membuat hatiku tersentuh dan membuatku merasakan rindu, rindu yang selalu kurasakan untukkmu.
Hei jelek, kamu tau ketika aku memutuskan untuk belajar, dan fokus dengan pacarku dan aku belajar untuk tidak memikirkan kamu lagi. Rasa itu sangat menyiksa. Ketika aku hanya ingin ngobrol dan komunikasi sama kamu, namun yang hadir malah orang lain yang tak kuharapkan. Sungguh sangat menyiksa. Namun aku harus kuat dan teguh dengan untuk move dan tidak memikirkan kamu lagi. Sampai suatu saat aku memutuskan untuk putus. Aku tetap harus bisa move dan tidak memikirkan kamu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H