Mohon tunggu...
Evie Qhoernia
Evie Qhoernia Mohon Tunggu... -

Aku menulis dengan gaya bahasaku, tidak menutup kemungkinan aku jatuh cinta dengan gaya bahasa orang lain...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Derita Tak Terduga

9 Oktober 2012   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:02 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari kecil aku terbiasa tinggal  bersama nenek , kebetulan nanek tinggal sendiri di rumah yang kecil dan asri. Di kala pagi hari,suara burung dan gemerciknya air pancoran menambah nikmat tidurku.Namun nenek tidak mau membiarkan aku terlelap dengan mimpi-mimpiku.Nenek  selalu mengajariku bangun pagi sebelum terbitnya pajar.Kebetulan kedua orang tuaku menjadi TKI dan TKW di luar negeri.Apa boleh buat karena hidup harus terus berjalan dan kebutuhan ekonomi semakin meningkat,maka ke dua orang tuaku menitipku di rumah nenek,sekalian menemani nenek alasan mereka berdua.Kerjaan nenek sehari-hari membuat kue untuk di jual dari satu rumah kerumah yang lainnya.Aku senang membantu nenek dengan cara membawakan sedikit jualan nenek yang ringan menurut ukuran anak seusiaku.Aku sudah 2 tahun di tinggal kedua orang tuaku bekerja.Setiap hari nenek yang menemaniku bermain,makan,dan berangkat ke sekolah.waktu itu usiaku 7 tahun,belum mengerti tentang apa yang terjadi dengan kedua orang tuaku.Tanpa terasa aku beranjak remaja,meskipun kedua orang tuaku sering pulang setiap 3 tahun sekali,namun mereka tidak pernah lalai dengan urusan pendidikanku.Setiap bulan mereka sering mengirim uang untuk keperluan aku dan nenek.Alhamdulillah ya Allah,itu ucapan syukurku kepada Allah setiap selesai aku mengerjakan shalat.Aku juga memiliki beberapa teman di sekolah maupun teman di sekitar rumah nenek.Pada suatu hari tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan nenek dengan seseorang yang sebelumnya tidak pernah aku kenal.Dia ternyata pak Lurah,menyampaikan berita duka kalau kedua orang tuaku telah tiada.Kedua orang tuaku di rampok dan dibunuh dalam perjalanan pulang dari Bandara menuju ke rumah nenek.Nenek dan aku tidak sanggup menahan kesedihan,kami berpelukan dan menangis.Setelah beberapa tahun kemudian aku dan nenek berusaha tabah dan tegar,sementara aku tamat SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.Aku bekerja untuk menopang hidup kami berdua,dan nenek mulai sakit-sakitan.Setahun berselang setelah aku bekerja,nenekpun meninggal dunia karena jatuh di kamar mandi.Tinggallah aku sebatang kara,ya Allah berat rasanya aku menjalani semua ini.Nasib mujur datang,aku kenalan dengan seorang dokter.Selain pinter dia juga seorang yang penyayang.Dia selalu melindungiku,dan memperhatikanku.Aku dikenali dengan kedua orang tuanya yang hidupnya jauh beda dengan kehidupanku selama ini.Kedua orang tuanya sangat menyayangiku setelah tahu asal usulku,mereka tidak perduli.Mereka sangat menyanjungku.Aku menghayal kalau aku akan bersanding dengan seorang dokter muda yang pintar dan tampan.Setelah diadakan lamaran yang sederhana dan merencanakan pesta besar,akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Ketika aku baru selesai di dandani untuk menjalani ijab kabul,tiba-tiba polisi datang dan menangkap calon mertuaku serta menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang pernah di lakukan calon mertuaku.Yang lebih miris lagi hatiku,ternyata perampok dan pembunuh kedua orang tuaku adalah calon mertuaku.Hasil rampokannya di gunakan untuk membiayai kuliah anaknya ke fakultas kedokteran.Ya Allah,aku terdiam bercampur bingung dan tidak tahu apa lagi yang harus ku lakukan,selain menahan amarah.Aku tidak perduli dengan semua mata memandangku dengan perasaan kasihan atau sinis,yang pasti aku ingin pergi dan berlalu sejauh mungkin.Aku muak dengan semua ini,aku tidak hiraukan permintaan maaf dari kedua calon mertuaku serta calon suamiku.YaAllah,ternyata dunia ini sempit,cepat atau lambat yang busuk pasti tercium juga.Tidak ku hiraukan keadaanku yang mulai limbung dan sesak di dada.Yang ada hanyalah niat ingin pergi sejauh mungkin,dan kujual rumah warisan nenek.Kini aku telah jauh dari kampung yang dulu banyak memberi kenangan bahagia bersama nenek tercinta.semoga aku mendapatkan calon suami yang mau menerimaku apa adanya.Insyaallah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun