Mohon tunggu...
Evi Ratna
Evi Ratna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbicara dengan pikiran dan hati, bukan latah atau doktrin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Birds Sing The Sounds of Justice

25 Maret 2012   11:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendung berangsur menghilang dari langit. Sepasang burung bertengger di kabel listrik sebuah kompleks perumahan. Si burung perempuan tampak sedih.

Burung Pria bertanya, "Kenapa kau tampak sedih?" Dan si Burung Perempuan menjawab, "Ah, aku tadi melihat seorang ibu menyewakan anaknya demi uang 50ribu. Betapa ia begitu tega menyewakan anaknya pada pengemis itu, hanya untuk uang sekecil itu. Apakah ia telah kehilangan cintanya pada anaknya sendiri?" Matanya mulai berair mengingat apa yang baru saja ia lihat.

Burung Pria kemudian berkata, "Manusia memang telah kehilangan hatinya."

"Bagaimanapun itu, seorang ibu adalah pelindung anaknya. Teganya, ia menyewakan anaknya untuk dijadikan alat orang lain mencari uang. Teganya, ia melihat anaknya yang masih kecil itu kepanasan, kehausan dan kelaparan di jalanan kota. Teganya, ia membiarkan anaknya ikut bertarung dengan kerasnya kehidupan jalanan. Apakah ia masih pantas disebut Ibu?", burung perempuan itu menunjukkan emosinya yang tinggi. Meskipun, ia hanyalah seekor burung kecil, tetapi ia juga adalah seorang induk dari anak-anaknya. Ia tahu persis bagaimana seorang induk harus melindungi anak-anaknya dari berbagai bahaya yang mengancamnya.

"Kau tidak perlu semarah itu pada manusia. Mereka memang begitu, demi sepeser uang, menjilat ludah sendiri pun akan ia lakukan." si burung pria menjadi tak kalah emosi.

"Apa maksudmu?", burung perempuan ganti bertanya.

"Bah! Mereka semua itu munafik! Mereka cuma mau uang! Mereka cuma mau enaknya sendiri! Mereka cuma mau hidup mudah! Mereka pikir mereka itu siapa?"

"Kenapa kau jadi yang semarah itu?" si perempuan tampak bingung.

"Kau tahu, manusia itu makhluk paling manja. Mereka itu tidak mau susah, tidak mau berjuang demi hidup mereka sendiri. Mereka ingin segalanya itu datang dengan sendirinya kepada mereka tanpa harus usaha. Apa mereka tahu artinya hidup?!!" si pria memaki-maki.

"Kau tahu, aku melihat seorang lelaki yang sangat sehat, berpura-pura memiliki tangan buntung, agar semua orang mengasihinya dan memberinya uang! Kau tahu, aku juga melihat semua orang berteriak menolak harga BBM naik, padahal mereka masih mampu membeli sesuatu yang lebih mahal! Kau tahu, aku melihat orang-orang berkerumun dan berebutan barang murah, padahal mereka adalah orang-orang mampu! Kau tahu, aku melihat anak-anak muda yang berhura-hura membuang uang, padahal mereka tidak bisa mencarinya!"

"Kau benci pada manusia?" tanya si burung perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun