Mohon tunggu...
Evi Ratna
Evi Ratna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbicara dengan pikiran dan hati, bukan latah atau doktrin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Indonesian Lawyers Club Tidak Bermutu?

21 Februari 2012   23:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 3001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenapa saya mengatakan acara Indonesian Lawyers Club (ILC) milik salah satu televisi swasta adalah acara tidak bermutu? Tentu saja itu hanyalah pendapat pribadi saya setelah melihat acara tersebut beberapa kali. Penilaian ini berawal dari sebuah pertanyaan tentang tujuan dari acara tersebut. Apakah acara ini bertujuan untuk mengadili setiap kasus yang diangkat atau hanyalah sebuah acara untuk menggiring opini masyarakat? Kalau saya menilai, penggiringan opini masyarakat adalah opsi yang paling tepat, namun penggiringan opini yang tidak tepat. Bagaimana tidak, jika narasumber yang dihadirkan selalu tidak berimbang dan cenderung subyektif. Selain itu, para lawyer yang diundang sebagai pembicara selalu tidak obyektif. Kenapa saya berani mengatakan tidak obyektif? Karena saya melihat ada bendera yang dibawanya sehingga argumen ataupun opini yang dia keluarkan cenderung dipolitisasi. Jika kasus itu menimpa kasus lawan, sekecil apapun kesalahannya akan menjadi besar karena si pembuat kesalahan adalah partai lawan. Namun, jika kasus itu menimpa kubunya sendiri, maka sebesar apapun kesalahannya ia akan menganggapnya benar dan membelanya sampai titik akhir. Apalagi jika narasumbernya adalah pengacara dari pihak yang terlibat, maka tidak mengherankan jika ia akan membela kliennya sampai titik darah penghabisan (kan sudah dibayar untuk membela?!).

Dari setiap episode ILC, masalah yang diungkap pada akhirnya juga cenderung tidak fokus dan tidak ada solusi. Kenapa? Karena narasumbernya sibuk bertengkar sendiri-sendiri dengan argumennya masing-masing. Akan menjadi lebih elok kalo argumennya obyektif, sayangnya argumen yang dikelurkan malah cenderung melompong karena didasari dari bendera apa yang sedang dibawanya. Dan kalau menurut saya, pendapat yang paling obyektif adalah dari Sudjiwotedjo, karena ia tidak membawa bendera dan tidak membawa agenda politik manapun. Saya masih ingat salah satu episode ILC yang mengangkat masalah Freeport di Papua. Ketika itu, para narasumber sibuk bertengkar dengan menyalah-nyalahkan pihak lawan, kemudian Sudjiwotejo berkata yang pada intinya, "untuk apa kita ribut-ribut di sini? Kita itu hanya menikmati sepersekian persen dari hasil tambang itu. Yang disana itu, yang menjadi biang masalahnya, yang tidak tersentuh, mereka itu mendapatkan jauh lebih besar dan sekarang mungkin tertawa melihat kita." Sebuah pandangan permasalahan yang luas dan tidak ada tendensi terhadap apapun. Tidakkah itu memang benar terjadi? Itu kenyataan yang tidak dibesar-besarkan oleh media, namun benar adanya.

Satu hal lagi yang membuat saya bertanya-tanya, untuk apa para lawyer yang duduk di bagian belakang itu? Kenapa hanya mereka yang duduk di deretan depan yang cenderung aktif dan memiliki kesempatan berbicara? Apakah mereka yang duduk dibelakang itu hanya semacam penggembira acara? Mereka akan ikut bertepuk tangan jika ada opini yang perlu diberikan applause, dan mereka akan ikut tertawa jika opininya lucu. Sementara mereka yang duduk di depan, hampir selalu mendapat kesempatan berbicara meskipun dia hanyalah seorang sarjana hukum yang sudah lama berkecimpung di dunia politik. Inilah yang kemudian menyebabkan acara tersebut tidak obyektif. Memang, akan lebih baik jika saat melihat acara ini jangan terburu-buru mengamini opini mereka, apalagi opini yang subyektif. Kalau saja boleh meminta, saya ingin kasus Lapindo diangkat dalam forum ini, tapi bisakah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun