Mohon tunggu...
Evi Laelawati
Evi Laelawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan dan Konseling

Saya memiliki ketertarikan dalam bidang pendidikan. Selain menuntut diri untuk terus belajar, saya memiliki kepuasan tersendiri saat bisa membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Melihat mereka kembali ceria dan percaya diri merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cegah Perilaku Agresi Siswa dengan Pemaafan

9 Juni 2024   11:53 Diperbarui: 9 Juni 2024   12:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Begitupun dengan seorang siswa. Sebagai seorang siswa, tentunya mereka diharuskan untuk berinteraksi dengan siswa lainnya dalam berbagai hal, terutama di sekolah. 

Dalam berinteraksi dengan siswa lain, terkadang seorang siswa berbuat salah kepada siswa lainnya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Dimana hal tersebut dapat menimbulkan perasaan sedih, kecewa, marah, atau bahkan dendam. Tidak semua siswa mau dan mampu memaafkan serta melupakan kesalahan siswa lainnya. Proses memaafkan memerlukan usaha yang keras, kemauan yang kuat, kesabaran, serta kerendahan hati.

Perilaku agresi lebih mudah terjadi pada siswa remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja cenderung masa yang paling banyak memiliki emosi yang mudah meninggi, murung, mendapatkan masalah, dimana seorang individu merajuk, mudah marah, menangis dan sensitif (Hurlock, 2003). Karenanya, tidak mengherankan bila terdapat seorang siswa yang melakukan tindakan agresif sebagai akibat dari dendam dan kekecewaan yang belum termaafkan.

Menurut Buss dan Perry (1992), terdapat empat aspek perilaku agresif yang berdasarkan tiga dimensi dasar yaitu motorik, afektif, dan kognitif. Empat aspek perilaku agresif yang dimaksud yaitu:

schoolofparenting.id
schoolofparenting.id
  • Physical aggression, yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk fisik, seperti memukul, menendang, berkelahi dan lain-lain;
  • Verbal aggression, yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain dalam bentuk penolakan dan ancaman melalui respon vokal dalam bentuk verbal, seperti makian atau ancaman verbal;
  • Anger merupakan emosi negatif yang disebabkan oleh harapan yang tidak terpenuhi dan bentuk ekspresinya dapat menyakiti orang lain serta dirinya sendiri. Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah, kesal, sebal, dan bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk didalamnya adalah irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, dan kesulitan mengendalikan amarah;
  • Hostility, yaitu tindakan yang mengekspresikan kebencian, permusuhan, antagonisme, ataupun kemarahan yang snagat kepada pihak lain. Hostility adalah suatu bentuk agresi yang tergolong agresi covert (tidak kelihatan). Hostility mewakili komponen kognitif yang terdiri dari kebencian seperti cemburu dan iri terhadap orang lain, dan kecurigaan seperti adanya ketidakpercayaan dan kekhawatiran.

Terdapat salah satu penelitian mengenai perilaku agresi yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya. Families and Work Institute and The Colorado Trust yang dikutip dari Soetjiningsih (dalam Ritung dan Soetikno, 2017), melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data dari remaja mengenai penyebab mengapa mereka melakukan tindak kekerasan. 

Sebagian besar dari mereka mengaku mengalami kekerasan emosional dan fisik. 575 remaja merasakan dirinya diejek, diolok-olok atau dibicarakan hal-hal negatif oleh orang lain. Pengalaman ini sering dialami mereka dilingkungan sekolahnya sehingga hampir sekitar 90% kekerasan terjadi di sekolah. 

Sedangkan sekitar 46% remaja pernah dipukuli atau dilukai. Hanya masing-masing 85 yang pernah diserang dengan senjata dan mengalami pemerkosaan. Ternyata 35% remaja yang mengalami kekerasan dengan senjata atau serangan lainnya, akan melakukan tindak kekerasan juga terhadap orang lain.

Hal yang sama pentingnya dengan memaafkan adalah kemauan meminta maaf. Seorang siswa akan sulit untuk memaafkan jika siswa yang bersalah tidak berusaha untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan. Dari hasil penelitian di atas, dapat kita jadikan pelajaran akan pentingnya saling memaafkan. 

Ketika seorang siswa mau meminta maaf ataupun memaafkan kesalahan siswa lainnya, maka perasaan marah, kecewa, benci bahkan dendam akan berangsur-angsur menghilang, sehingga semakin kecil kemungkinan siswa melakukan perilaku agresi. McCullough dkk. (1997), juga menyatakan bahwa memaafkan dapat dijadikan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun