Mohon tunggu...
Evha Uaga
Evha Uaga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wanita itu Tangguh. \r\n\r\nBelajar berjuang untuk Papua lewat tulisan. Jikapun dunia ini putih, biarkan aku tetap hitam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Vanuatu : Kedudukannya Dalam Perjuangan Papua Merdeka

18 Juli 2014   22:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_348474" align="aligncenter" width="624" caption="Vanuatu (http://www.worldatlas.com)"][/caption]

Setelah aplikasi WPNCL (West Papua National Coalition For Liberation), yang dipimpin oleh Andy Ayemiseba, untuk memasukan Papua sebagai bagian dari MSG (Melanesia Spearhead Group) beberapa waktu lalu ditolak, WPNCL kembali bergerilya untuk mendapatkan “tiket” masuk ke dalam MSG. “Tiket” ini dianggap penting karena dengan diterimanya Papua Barat dalam MSG, secara otomatis Papua Barat akan diakui oleh lembaga MSG, lembaga yang diakui oleh PBB. Beberapa anggota negara penting MSG, Papua New Guinena, Fiji, Kepulauan Solomon dan Australia menolak aplikasi WPNCL tersebut karena menghormati kedaulatan negara Indonesia, memberikan “tiket” tersebut kepada WPNCL berarti melecehkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Selain itu, penolakan terhadap aplikasi WPNCL tersebut gagal karena negara-negara MSG menganggap WPNCL bukan organisasi representatif masyarakat Papua.

“Gangguan” terhadap kedaulatan Indonesia di wilayah Pasifik Selatan tersebut seakan membangunkan pemerintah Indonesia. Saya melihat, Pemerintah Indonesia selama ini terlalu fokus untuk membangun hubungan dengan negara-negara tetangga di kawasan barat dan utara Indonesia, yaitu negara-negara ASEAN dan China. Pemerintah lupa bahwa Indonesia mempunya tetangga di wilayah timur dan selatan juga, yaitu negara-negara ras Malenesia di Pasifik Selatan, kewajiban membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangga di timur-selatan Indonesia menjadi sangat penting. Kebijakan Presiden SBY untuk datang ke Fiji untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 The Pacific Islands Development Forum (PIDF) menjadi satu tonggak penting, karena mengawali kebijakan politik yang saya sebut sebagai “Look East Policy”, dengan adanya kebijakan ini hubungan antara Indonesai dengan tetangga timur-selatan nya akan memasuki babak baru yang akan lebih baik.

Berbeda dengan negara-negara anggota MSG lainnya, Vanuatu tetap bersikeras mendukung lolosnya aplikasi WPNCL tersebut. Beberapa hari lalu, pemerintahan Vanuatu melalui Pastur Alain Nafuki, anggota Dewan Gereja Vanuatu, akan memfasilitasi 3 faksi OPM yaitu WNPCL, NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat) dan KNPB (Komite Nasional Papua Barat, yang diklaim juga mewakili FWPC (Free West Papua Campaign) untuk membuat satu organisasi baru yang akan mewakili seluruh rakyat Papua. Pertanyaannya adalah ada apa dengan Vanuatu? Kenapa mereka mengeluarkan kebijakan luar negeri seperti itu?

Kondisi Politik yang Tidak Menentu di Vanuatu

Vanuatu sebagai negara dengan system pemerintahan yang bersifat Demokrasi Parlementer dengan Perdana Menteri dipilih oleh mayoritaselectoral college, pemerintah Vanuatu dapat dijatuhkan bila mendapat mosi tidak percaya bila mengeluarkan kebijakan yang tidak populis di mata rakyatnya yang direpresntatifkan dalam perwakilan di Parlementer. Hal itu terjadi ketika pada pertengahan bulan lalu, Perdana Menteri Vanuatu Moana Carcasses Kalosil lengser dari jabatannya setelah memimpin hanya selama 13 bulan. Sebagai seorang pemimpin yang berasal dari minoritas (Polinesia) dibandingkan mayoritas rakyat Vanuatu yang keturunan Malenesia, Moana telah melakukan banyak hal untuk memikat rakyatnya dalam usaha untuk melanggengkan kekuasaannya, salah satunya adalah dengan menggunakan isu Papua sebagai salah satu kebijakan luar negerinya. Setelah dilengserkan, dan digantikan oleh Joe Natuman sebagai Perdana Menteri, Moana Carcasses mengorganisir kelompok oposisi terhadap pemerintahan Joe Natuman. Beberapa hari lalu, atau sekitar hanya 2 bulan setelah pemerintahan Joe Natuman, Moana Caracasses menghimpun suara untuk menggulingkan Joe Natuman. Usaha tersebut gagal, karena Moana yang sebelumnya mengklaim sudah mendapat 29 suara dari 52 anggota parlemen ternyata hanya mendapat 21 suara.

Eksistensi Andy Ayemiseba sebagai tokoh WPNCL di Vanuatu

Andy Ayemiseba pertama kali datang ke Vanuatu tahun 1983 bersama grub band yang dipimpinnya, Black Brother atas undangan Perdana Menteri Vanuatu yang saat itu, Pastor Walter Lini, dengan Partai Vanuaaku Pati yang mendukung mereka. Undangan tersebut untuk memperkuat pendanaan kampanye Walter Lini dengan imbalan, jika Partai Vanuaaku berhasil menang dalam Pemilu, mereka akan mendukung perjuangan Papua Mardeka.

Partai Vanuaku Pati sendiri didirikan oleh orang-orang nasional Vanuatu yang umumnya adalah pastor-pastor yang belajar di sekolah-sekolah Presbyterian dan Anglikan. Joe Natuman, Perdana Menteri Vanuatu saat ini pernah menjadi  sekretaris Pastor Walter Lini. Joe Natuman juga merupakan anggota partai ini. Sedangkan, Pastur Alain Nafuki, yang akan memfasilitasi pertemuan WPNCL, NRFPB dan KNPB, merupakan Pastur Gereja Presbyterian yang memilik hubungan erat dengan partai Vanuuaku Pati. Hal yang menarik adalah keluarnya berita dukungan Pastur Alain Nafuki bersamaan dengan berita gagalnya usaha penurunan Joe Natuman dari Perdana Menteri Vanuatu oleh kelompok oposisi yang dipimpin oleh Moana Carcasses.

[caption id="attachment_348476" align="aligncenter" width="641" caption="Sumber : http://www.radionz.co.nz/international/programmes/datelinepacific/audio/20141747/vanuatu-to-host-west-papua-groups dan http://www.radioaustralia.net.au/international/radio/program/pacific-beat/speculation-grows-of-vanuatu-vote-of-confidence/1342911"]

1405670747313281
1405670747313281
[/caption]

Penutup

Tokoh-tokoh poltik Vanuatu selalu menggunakan isu Papua sebagai “isu yang cantik” dalam aktivitas perpoltikan mereka. Mantan PM Vanuatu, Sato Kilman pada Mei 2012 dan diterbitkan oleh Vanuatu Daily Post pada 22 Mei 2012 yang antara lain menyatakan: “Di Vanutu, masalah Papua telah dipolitisir dan digunakan oleh berbagai partai politik dan gerakan politik bukan untuk kepentingan orang Papua tetapi lebih untuk pemilu dan propaganda politik”.

Bila mengibaratkan hubungan Papua dengan Vanuatu dengan bahasa sederhana saya, Papua seperti seorang “gadis kampus terpopuler” banyak lelaki yang ingin dilihat mempunyai hubungan istimewa dengan gadis ini. Terkadang bukan karena si lelaki mencintai si gadis, tapi si lelaki hanya ingin terlihat “gagah” atau “macho” karena mempunyai hubungan istimewa dengan “gadis kampus terpopuler” ini.

Mudah-mudahan si “gadis kampus terpopuler” bisa mendapatkan pria yang tepat, yang mencintai si gadis sepenuh hati.

http://tabloidjubi.com/2014/07/14/jalan-baru-ke-msg-kelompok-pembebasan-papua-rencanakan-rekonsiliasi-di-vanuatu/

http://www.pngloop.com/2014/07/15/latest-vanuatu-confidence-vote-plan-dropped/

http://suarapapua.org/2014/03/28/pm-vanuatu-manfaatkan-isu-papua-untuk-kepentingan-politik-partainya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun