Mohon tunggu...
Evha Uaga
Evha Uaga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wanita itu Tangguh. \r\n\r\nBelajar berjuang untuk Papua lewat tulisan. Jikapun dunia ini putih, biarkan aku tetap hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Tolak Ahok: Cerminan Pergerakan Islam Radikal?

22 Desember 2016   06:01 Diperbarui: 22 Desember 2016   07:20 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://kbr.id/11-2016

Banyak sekali prasangka-prasangka tidak sehat terhadap umat Islam pasca aksi nasional menolak Ahok yang telah diadakanbeberapa kali, tidak hanya dilaksanakan di Jakarta, tetapi di beberapa kota besar lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari begitu banyaknya artikel dan meme yang beredar di dunia maya Fakta bahwa gerakan sosial ini terjadi ditengah-tengah maraknya aksi terorisme yang diprakarsai oleh ISIS di berbagai negara termasuk di Indonesia, makin menyudutkan gerakan sosial ini. Prasangka negative bahwa gerakan ini adalah cerminan dari gerakan Islam radikal pun  muncul. Prasangka lainnya yang hadir adalah bahwa gerakan ini tidak tepat bagi Indonesia,sehingga harus di asingkan ke timur-tengah. Dan yang paling absurd adalah prasangka bahwa gerakan ini adalah gerakan orang-orang pengangguran yang hanya mengharap nasi bungkus. 

Pertanyaannya adalah, apakah prasangka-prasangkaitu benar?

Saya sebagai umat kristiani yang taat (karena tidak hanya hari minggu saya ke gereja), dalam kesempatan pertama, saya berani mengatakan bahwa prasangka ini tidaklah benar. Diskusi tidak akan dapat berlangsung secara demokratis dan dewasa, jika prasangka-prasangka ini terus dipertahankan. Prasangka-prasangka ini bisa hadir karena ketakutan masyarakat tentang bercampurnya agama dan politik, dalam hal ini Islam Politik. Campuran antara agama dan politik tidak mesti menghasilkan recipe of disaster. 

Anggapan bahwa Islam dan politik selalu akan menghasilkan penggulingan kekuasaan dan aksi terorisme sama saja menganggap Kristen dan politik selalu akan menghasilkan kolonialisme. Hubungan antara agama dan politik adalah suatu keniscayaan, apalagi di lingkungan urban kota besar seperti halnya Jakarta. Berman dan Rose, menjelaskan bahwa neoliberalisasi ekonomi yang membawa ekses pada kehidupan sehari-hari nan keras masyarakat urban, pada akhirnya menciptakan lingkungan ideal yang memunculkan solidaritas dan identitas komunal berbasis agama. Oleh sebab itu, bukanlah hal yang aneh bila ditemukan kelompok-kelompok agamis yang konservatif di kota-kota besar, bahkan di negara-negara barat. 

Gerakan menolak Ahok, karena perbedaan agama adalah gerakan yang wajar, bukan cerminan gerakan yang radikal, karena sampai saat ini sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur radikal. Gerakan ini tidak bertujuan menggulingkan pemerintahan dan tidak menuntut perubahan sistem. Adapun gesekan dengan aparat keamanan adalah hal yang wajar terjadi, walau saya berpendapat bahwa hal tersebut dapat diminimalisir. Masyarakat Indonesia harus sadar bahwa Islam Politik sebagai motor gerakan ini adalah salah satu dari khazanah perpolitikan Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Menghimbau gerakan umat Islam untuk tidak menggunakan Islam dalam politik, sama saja menghimbau para perenang untuk berenang tanpa menggunakan air. 

Lalu apa yang harus dilakukan?

Gerakan sosial dalam sebuah negara demokrasi adalah sebuah keniscayaan. Politik Islam di Indonesia juga merupakan keniscayaan, kerena merupakan khazanah dari perpolitikan di Indonesia. Oleh sebab itu, mengeluarkan pendapat politik dengan berlandaskan dengan Islam adalah sebuah kewajaran bukan merupakan aksi-aksi radikal. Sebagai seorang umat kristiani ber-KTP Indonesia yang sama sekali tidak kontra terhadap gerakan menolak Ahok ini, saya hanya bisa memberi masukan bahwa gerakan ini memiliki kesempatan untuk menghancurkan prasangka-prasangka buruk yang selama ini mengikuti gerakan ini. 

Stay on track adalah hal yang paling utama. Jangan beri kesempatan bagi orang-orang untuk menjustifikasi bahwa gerakan ini merupakan gerakan radikal. Kemudian, massa yang besar bukan berarti menghasilkan impactyang besar. Gerakan sosial tidak mengenal garis geografis, orang-orang Perancis yang menolak tragedi kemanusiaan di Aleppo tidak mesti berangkat ke Aleppo untuk menyatakan pendapatnya. Hal yang terakhir dan terpenting adalah hindari pemanfaatan gerakan ini oleh oknum tokoh, kelompok atau organisasi lain untuk tujuan pribadi atau kelompoknya sendiri, yang jauh dari tujuan asli gerakan sosial ini. 

Hal yang terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, gerakan ini merupakan gerakan dengan massa yang besar dengan isu yang sensitive. Dua hal yang sangat menarik bagi politikus untuk ikut serta seperti layaknya Hyena. Politikus atau tokoh, yang tidak pernah perhatian terhadap umat Islam atau gerakan islam atau Islam Politik, bisa tiba-tiba ikut aktif. Hal tersebut tidaklah salah, tetapi tidak tahu malu, tetapi bukankah saat ini mencari politikus yang tahu malu lebih sulit daripada mencari setitik berlian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun