Pertama, kita mempercayai bahwa setiap siswa dapat berkembang. Kita harus menyelidiki kesiapan, minat, profil belajar, dan lingkungan belajar yang membuat mereka nyaman dan senang belajar. Kita tahu bahwa antara satu anak dengan anak lainnya memiliki ciri khas yang harus kita kenali. Semakin dekat dan semakin detil pengetahuan kita mengenai harapan belajar anak maka akan membantu kita mengembangkan mereka di sekolah. Pembelajaran berdiferensiasi memberi lebih banyak ruang kepada guru memandu siswa merefleksi pengalaman belajar mereka untuk menjadi pemelajar yang lebih tangguh dan memiliki daya lenting yang lebih baik.
Kedua, guru dituntut untuk menghargai siswanya dengan potensi dan perjuangan mereka dalam berkembang sesuai panggilan hatinya. Hal ini sekaligus tantangan bagi guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif mengakomodasi kebutuhan siswa yang beragam. Guru yang ingin memberikan pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa hendaknya mempersiapkan skenario pembelajaran agar setiap hari dalam kelasnya dia dapat mengembangkan siswa secara efektif sesuai kebutuhannya.
Berikutnya guru harus senantiasa melakukan penilaian formatif untuk mengetahui kebutuhan siswanya dan bagaimana dia dapat merancang skenario yang lebih baik di hari berikutnya sesuai kebutuhan siswa-siswa di kelasnya.
Akhirnya harapan kita mengutip dari Ki Hadjar Dewantara untuk dapat membantu siswa mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya (baca: suka belajar dan suka hari-hari di sekolah) akan menjadi kenyataan yang dekat dengan kita. Salam Guru Penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H