Mohon tunggu...
Romeyn Perdana Putra
Romeyn Perdana Putra Mohon Tunggu... Dosen - Keterangan Profil

Peneliti PNS Dosen Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nasi Sek (Seratus Kenyang) = "Sekarang Sepuluh Ribu Kenyang"

17 Maret 2010   18:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hidangan Nasi Sek

Untuk wisata kuliner di Padang Pariaman, anda penikmat masakan pedas atau petualang kuliner wajib mencoba hidangan Nasi Sek. Gerai masakan besar ini mudah ditemui di sepanjang pantai yang ada di Padang Pariaman.

Salah satunya yang terdapat di Pantai Tiram kecamatan Tapakis. Makan siang sambil menikmati semilir angin pesisir barat Sumatera jadi pilihan wisatawan. Drs. Achmad Syukri, M.M., berkisah “Nasi Sek” berasal dari singkatan seratus kenyang. Karena pada jaman resesi era 70-80an menu seratus kenyang adalah senjata ampuh masyarakat setempat untuk mensiasati lapar. Tapi kini singkatan itu lebih cocok di sebut dengan seribu kenyang. Satu ungkap penuh nasi terbungkus daun pisang sekarang dihargai seribu rupiah jelasnya. Hingga kinipun Nasi sek masih menjadi penangkal lapar ampuh, dengan menu ikan kakap gulai santan putih ditimpali sayur disantap dengan dua ungkap nasi putih hanya dihargai Rp.10.000!!!.

Lauk yang ditawarkan pun bervariasi. Dari babat kerbau, beragam ikan laut segar seperti kakap hingga daging ayam. Salah satu sahabat berasal dari Jakarta dihidangi Nasi sek dengan menu babat kerbau potongan besar setengah berkeringat menerima porsi makanannya. Babat gulai putih tersebut jarang ditemuinya dalam bentuk tersebut. Jiwa petualangnya tinggi atau rasa segannya kepada penjamu makan siang itu yang menyebabkan ia seperti berkewajiban menghabiskan makanan tersebut. Ditambah sang tuan rumah begitu bersemangat mempromosikan kelezatannya, tentu mau tak mau sahabat tersebut mencoba bersikap sopan.

Tak kurang akal, bagian babat berbentuk handuk dibalik dan dia mulai mencoba menyantap hidangan tersebut. Bila diperhatikan ekspresi sahabat tersebut nampak seperti peserta Fear Factor. Sebagai putra asli Padang saya tak kesulitan menyantap tandas menu spesial tersebut. Tapi sahabat kita baru kali ini saya ajak keliling petualang kuliner khusus di Sumatra.

Tapi suap demi suap awalnya tampak mulai ada kesesuaian. Dan setelah keringat mengucur di dahi, teman tersebut mampu menghabiskan masakan tersebut. Ditimpali minuman bewarna merah fanta hangat suam kuku menurut tuan rumah kami minuman itu berkhasiat menurunkan panas dalam masyarakat setempat menyebutnya teh. Ekspresi kenyang diperoleh.

Diakhir makan siang setelah kami berpisah dengan penjamu kami, saya menanyakan sahabat tersebut bagaimana makan siangnya?. “Babatnya aneh ya? Kok bisa lembut dan bumbunya itu loh rame... “ ia menimpali. Ia mengakui awalnya ia kagok luar biasa menerima menu makan seperti itu, tapi ia tetap bisa menikmati. Ia menambahkan, “kalau ikut fear factor disuruh makan yang aneh-aneh, boleh ditambah bumbu Padang tidak ya?” selorohnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun