2. Penempatan Polisi bersenjata otomatis laras panjang, berpakaian anti huru-hara diantara wisatawan sepertinya berlebihan. Apakah tidak ada pos-pos yang tidak terlihat, sehingga suasana tetap seperti sedang berwisata. Saya seperti masuk kamp apaaaa...gitu.
3. Apakah kartu tanda pengenal, kartu pegawai dan pengakuan sebagai "Government Employee" masih disepelekan sehingga saya harus menunggu hingga jam 2 siang. Seperti saya ini datang dari negara dunia ketiga.
4. Data saya lengkap, tiket ada, KTP ada,paspor ada, Kartu pegawai ada, ditanya berbahasa inggris bisa menjawab semua pertanyaan dengan bahasa inggris juga. Sang arab, harus dilayani dua orang petugas tanpa seragam supaya berkomunikasi lebih lancar. Data di Paspor arab bisa dicek keabsahan deklarasinya sebagai kandidat PhD. Saya pun masih melampirkan paspor lama yang disitu jelas-jelas terdapat visa student pasca sarjana (yang lama) dari Malaysia, kok ya bisa masih harus di cek lagi. Tiket saya pun dicek ulang lagi oleh petugas berseragam, untuk kedua kalinya, dia bawa masuk kedalam.
Saya mengerti, tugas keimigrasian adalah melindungi kedaulatan negara. Saya sangat mengerti.....
Tapi setelah hari ini, saya akan was-was menginjakkan kaki lagi ke pulau kecil nan mempesona itu kalau tidak yakin bahwa saya akan diterima. Kalau dinas bolehlah dan kalau tidak terpaksa. Saya jadi mikir..... tidak enak jadi orang kecil masuk ke negara besar. Ditanya saya jadi apa di kantor, ditanya ngapain tepatnya saya dikantor kerjanya....administrasi, clerk? bawa duit berapa kemari, sudah bisa beli tiket pulang belum.....saya merasa rak di wong ke....
PS.
Tulisan ini bukan untuk mendiskreditkan tugas keimigrasian. Tidak juga menjatuhkan kedaulatan satu negara. Tapi berdasarkan reportase yang saya alami. Sehingga siapa-siapa yang hendak kesana tidak mengalami kejadian yang saya alami. Berhati-hatilah anda, para kompasianer dan pembaca sekalian. Dandanlah yang ganteng, rapi, cantik, wangi dan sudah buang air besar bile hendak masuk singeplur.
Hari ini saya masuk singeplur, buang hajat (numpang ke toilet) di kantor imigrasi, turun di bugis street, tidak belanja apapun, makan nasi lemak yang kayaknya gak halal-karena ga ada melayu yang makan disana, masuk MRT, tembak ke Changi, Ngerokok ditemani pemandangan pramugari SQ sedang ngerokok juga di smooking room airport. Lalu naik nunggu boarding pesawat. eh....saya belanja deng, beli majalah National Geographic edisi September 2014. Trus terbang ke Jakarta....Alhambulillah, home sweet home....nothing likes home....hmmmmm
legoso, 14 September 2014
pukul 2.40 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H