Bagaimana tanggapan Anda kalau melihat anak usia 2 tahun sudah bisa main gadget? Sret, sret, dengan lihai si anak menggeser layar sentuh dan mengenali aplikasi games yang sudah diperkenalkan sang Mama. Pasti ada dua respon yang berbeda, pertama kagum atau yang kedua, “Kok, anak umur segitu sudah dikasih gadget,sih”. Menjadi orangtua yang hidup di era digital memang serba salah, namun bagaimanakah yang seharusnya dilakukan agar pemograman anak di usia golden age bisa berhasil?
Dalam salah satu seminar penulis buku pendidikan karakter, Ida S. Widayanti, dikemukakan bahwa usia 0-2 tahun anak seharusnya tidak terpapar screen sama sekali. Alasannya ternyata masuk akal, karena pada masa pertumbuhan tersebut motorik kasar dan optimalisasi panca indra seperti visual melalui relia, peraba, dan perasa yang harus lebih dilatih. Selain itu, radiasi dari barang elekronik tidak baik bagi anak usia tersebut. Sebagai gantinya, rekaman dan musik bisa menggantikan penggunaan gadget yang menggunakan screen.
Saya jadi teringat pada pola pedidikan aktor Korea , Song Il Kook dan istrinya yang berprofesi sebagai jaksa kepada anak kembar tiga mereka dalam reality show The Return of Superman 2 tahun yang lalu. Di rumah mereka, si kembar tiga sejak bayi lebih banyak dilibatkan dalam aktivitas fisik dan mainan-mainan edukasi. Saat usia lebih dari 2 tahun, barulah mereka bisa menonton film kartun, itupun hanya kira-kira 1 jam saat mereka mengantri mandi. Hasilnya, mereka, Daehan, Minguk, Manse tumbuh cerdas, sigap, dan punya adversity yang bagus untuk anak seusianya.
Lalu bagaimana dengan orangtua super sibuk atau pembenaran yang sudah terlanjur dilakukan? Semua kembali kepada kualitas anak seperti apa yang orangtua inginkan untuk jangka panjang. Pada era sekarang, sudah saatnya orangtua lebih mengenal mind technology yang mengedepankan pemograman pikiran bawah sadar untuk meminimalisir kesalahan pola asuh. Ternyata teknologi yang utama bukan dari penggunaan gadget tapi optimalisasi kinerja otak melalui stimulus kekuatan kata-kata positif, kedekatan emosional, dan pembangunan citra diri bahkan sejak kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H