Ada kecenderungan daya tarik film Indonesia saat ini, kalau bukan pemainnya yang sedang naik daun, ya lokasi syutingnya di luar negeri. Deretan negara-negara mahal di Eropa menjadi langganan dan tercantol di judul film. Beberapa pertimbangannya adalah mungkin karena sebagian besar skripnya bersetting di luar negeri, jadi film adaptasinya pun mengikuti. Tidak bisa dipungkiri ini menjadi daya tarik bagi penonton. “Oh, kayaknya keren,nih” dan deretan penontonpun tertarik , bahkan antriannya bisa menyaingi film Hollywood.
Saking seringnya melihat trailer film yang rata-rata bergenre romantis tersebut, justru kemunculan beberapa yang mengedepankan wisata Indonesia jadi terasa spesial. Saat 3 Dara produksi Nia Dinata dan Labuan Hati garapan Lola Amaria yang mengedepankan destinasi surga Indonesia keluar, saya berdecak, “Loh, bagus banget! Emang ada ya di Indonesia yang kayak begini? Mendingan kalo jalan-jalan ke sini,deh”. Ditambah lagi tayangnya The Nekad Traveler yang diangkat dari buku best sellerTriniti juga fokus ke wisata Indonesia-nya. Secara tidak langsung saya dan penonton lain terhipnosis dengan fakta bahwa sebenarnya banyak potensi di negara kita yang bisa dieksplor. Promosi melalui film dan iklan bisa menjadi kekuatan pariwisata Indonesia dan lebih bagus lagi kalau terselip unsur edukasinya.
Masih ingat Laskar Pelangi yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata? Idealnya seperti itulah film Indonesia yang bagus. Settingnya oke, bintangnya tidak melulu harus cantik dan ganteng, namun messagenya sampai. Kapan ada film seperti ini lagi ya? Semoga Hari Perfilman Indonesia bisa menjadi motivasi bagi sineas-sineas muda dan senior untuk membuat karya yang menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H