Kalau biasanya Anda melihat manusia menggunakan microchip yang diimplan di tubuhnya hanya di film sci-fi, sekarang teknologi ini menjadi rebutan di Swedia. Lebih dari 3000 warga sudah memasang microchip sebagai pengganti berbagai kartu akses.Â
Maka bukan tidak mungkin alat tersebut menjadi trend di masa depan mengingat efisiensi dan faktor kemudahan yang didapatkan pengguna. Bayangkan Anda bisa kemanapun hanya tanpa repot-repot membawa dompet dan tidak perlu paranoid apabila kehilangan dokumen tertentu.
Kecanggihan seperti ini mungkin belum bisa kita temukan di Indonesia dalam waktu dekat. Namun di bidang lain, berkat pendekatan science berupa big data, kita bisa menikmati hidup dengan lebih santai dan semua menjadi lebih gampang.Â
Misalnya dengan hanya menggunakan satu aplikasi, Anda sudah bisa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari seperti transportasi, memesan makanan, mengirimkan paket, belanja barang dan membayar tagihan. Semua bisa dilakukan dengan one single touch, tidak perlu capek-capek berangkat ke toko atau susah-susah mencari kendaraan jika diperlukan.
Memang era digital membuat manusia hidup dengan nyaman dan semua akses dibuat untuk mempermudah, namun ada rupanya berbanding lurus dengan dampak negatifnya.Â
Kegiatan motorik yang semakin terbatas menyebabkan kita malas bergerak, akibatnya banyak orang mengalami gangguan kesehatan karena kebutuhan gerak yang bisa menstimulasi kinerja otot dan organ tidak terpenuhi.Â
Maka bermunculanlah upaya masyarakat untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat seperti olah raga, Â fitnes, yoga, ajakan untuk banyak berjalan kaki, dan mengkonsumsi makanan organik.
Kemampuan menggunakan teknologi secara cerdas sudah sepatutnya dijadikan dimiliki dan perlu ditanamkan kepada multi generasi X, Y, Z, dan Alpha. Ketidakseimbangan antara penggunaan teknologi dengan gerak fisik mengakibatkan tubuh semakin rentan terhadap penyakit serta daya tahan yang semakin menurun.
Kesadaran bahwa hidup bukan melulu tentang gadget, internet, komputer, dan teknologi perlu dipahami. Alih-alih dikendalikan oleh produk dan aplikasi-aplikasi tertentu, selalu pastikan bahwa kegiatan sehari-hari dapat memberi nutrisi yang cukup bagi hati, otak, dan tubuh.
Khususnya bagi anak dan remaja, orangtua memegang peranan penting bagi keseimbangan aktivitas anak misalnya dengan melibatkan mereka dalam aktivitas yang mengakomodir motorik kasar dan membatasi penggunaan teknologi yang dirasa belum mereka butuhkan pada usianya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI