Di tengah kemajuan teknologi audio, muncul fenomena Sound Horeg yang menjadi perhatian banyak orang. Fenomena ini berasal dari Malang, Jawa Timur, dan kini menyebar luas, menimbulkan perdebatan tentang hiburan dan rekreasi. Dengan suara mencapai 135 desibel, setara suara mesin jet, Sound Horeg menimbulkan reaksi beragam, dari kekaguman hingga kekhawatiran tentang kesehatan dan sosial. Sementara sebagian orang melihat Sound Horeg sebagai simbol kebebasan, yang lain menganggapnya sebagai gangguan kenyamanan.
Istilah "Horeg" berasal dari bahasa Jawa yang berarti bergerak atau bergetar, dan dalam konteks ini digunakan untuk menggambarkan suara keras dan mengganggu. Dalam jurnal dijelaskan bahwa Sound Horeg adalah fenomena dalam masyarakat yang memanfaatkan alat penghasil suara dengan volume tinggi. Fenomena ini awalnya adalah hiburan dalam acara komunitas, tetapi kini telah menjadi bagian dari identitas budaya modern, khususnya di Jawa Timur.
Sound Horeg modern dicirikan oleh penggunaan sistem audio besar yang menghasilkan suara hingga 135 desibel. Karakteristik utamanya meliputi penggunaan speaker besar dan penekanan pada frekuensi rendah. Selain itu, Sound Horeg jadi bagian dari perayaan komunitas dan simbol status. Seiring berkembangnya zaman, fenomena ini telah melahirkan komunitas khusus dan perdebatan regulasi mengenai penggunaannya.
Dampak Positif yang dapat dirasakan oleh Masyarakat sendiri yakni Meningkatkan Perekonomian Lokal. Pertunjukan sound horeg sering kali menarik banyak penonton, mulai dari penduduk setempat hingga pelancong. Kehadiran orang-orang ini dapat meningkatkan penghasilan sektor UMKM lokal, termasuk pedagang makanan, minuman, dan penyedia layanan parkir. Dampak positif dari kegiatan ini membantu mempercepat aliran ekonomi lokal. Kemudian sebagai Sarana Hiburan bagi warga sekitar yang ingin bersenang senang sembari mendengarkan musik dengan suara kencang. Selain itu, Acara semacam ini memberikan kesempatan bagi musisi lokal untuk menampilkan kemampuan mereka.
Namun, terdapat dampak negatif dari Sound Horeg. Dampak fisik meliputi masalah pendengaran seperti tinnitus dan kehilangan pendengaran akibat kebisingan. Juga ada dampak pada kesehatan kardiovaskular, seperti peningkatan tekanan darah, gangguan ritme jantung, serta pengaruh negatif terhadap tidur dan sistem saraf.
Dampak mentalnya pun serius, di antaranya stres dan kecemasan akibat suara bising. Kebisingan tersebut juga dapat mempengaruhi fokus dan produktivitas, yang pada gilirannya bisa menurunkan suasana hati. Dengan demikian, Sound Horeg menjadi tantangan bagi masyarakat dalam menemukan keseimbangan antara ekspresi budaya dan kesehatan serta kenyamanan sosial.
Sound Horeg mencerminkan bagaimana masyarakat modern menggunakan teknologi audio untuk hiburan dan mengekspresikan budaya. Awalnya dari Malang, kini menjadi tren luas yang membantu ekonomi lokal dan memberikan ruang bagi kreativitas musisi. Namun, ada juga dampak negatif pada kesehatan fisik, mental, dan kenyamanan sosial. Diperlukan keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial serta regulasi yang jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H