"Hakikat panggilan hidup kita sebagai manusia adalah hadir secara utuh bagi realitas hidup sesama, sebagaimana Sang Guru kehidupan kita, yakni Kristus yang hadir dan menyelami seluk-beluk kehidupan semua manusia, supaya karya semua orang mengalami sukacita nyata dalam peziarahannya."
Catatan Awal
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kerap kali kita mengalami persoalan hidup. Kadangkala persoalan yang muncul membuat kita frustrasi, membuat kita menyerah dan hilang harapan. Pada saat mengalami kesulitan dan beban hidup, patut disuyukuri kehadiran sesama yang berpeluang besar untuk mendorong kita bangkit kembali.
Dalam realitas hidup yang tidak pasti dan tanpa harapan inilah sangat dibutuhkan kehadiran orang lain sebagai sahabat. Ada ungkapan: "Sahabat Sejati". Jika ditelusuri lebih dalam seperti apakah dan bagaimanakah sebenarnya sahabat sejati itu atau seperti apa persahabatan itu, sehingga begitu penting dan berharga.
Patut juga disyukuri betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup kita.
Kita harus menyadari bahwa tanpa kehadiran mereka, kita tak berarti apa-apa. Kehadiran sesama itu semakin sangat penting, khususnya dalam tantangan zaman sekarang. Tantangan zaman ini begitu keras dan kalau tidak serba hati-hati, kita bisa kehilangan orientasi hidup dan bahkan putus harapan.
Terbuka bagi Cinta dan Persahabatan
Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Cinta adalah Persahabatan". Kalau dimaknai lebih dalam, cinta itu memancarkan kesetiaan dan kebebasan mutlak. Dalam kesetiaan dan kebebasan mutlak itu sungguh nyata pemberian diri yang utuh dan murni tanpa tawar-menawar. Tentu dalam mewujudkan cita-cita hidup yang baik dibutuhkan pengorbanan yang tulus, sehingga setiap orang dapat merasakan betapa indahnya hidup ini.
Semua manusia dari semua generasi, baik anak-anak, remaja, orang muda maupun orangtua pasti mengerti yang namanya cinta dan persahabatan. Disadari atau tidak, kedua hal itu selalu kita alami dalam setiap perjalanan hidup. Orang yang menyadari betapa indahnya cinta dan persahaban itu, adalah orang yang sungguh-sungguh mengalami dan memaknainya dengan baik.
Sebagai umat beriman yang hidup dalam tuntunan Yesus Kristus, kita harus menyadari dan membuka diri bagi kehadiran orang lain atau sesama kita. Cinta dan persahabatan itu jangan dipandang secara sempit atau hanya dalam lingkup tertentu saja. Keduanya hadir bagi semua orang, tergantung bagaimana kita menyadari dan menangapinya. Tentu, kita juga harus membuka pintu hati lebar-lebar, supaya cinta dan persahabatan itu dapat kita wujudkan dalam hidup sehari-hari. Mari kita lihat situasi dan realitas hidup di sekitar kita. Di luar diri kita banyak sesama yang mungkin masih kekurangan sentuhan cinta atau belum pernah merasakan bagaimana indahnya persahabatan itu. Mereka yang kekurangan makna cinta itu adalah mereka yang dilanda penderitaan, kaum miskin dan menderita. Ketika kita bertemu dan berpartisipasi dalam kenyataan hidup mereka, di situlah kita merasakan betapa indahnya persahabatan itu.
Belajar dari Yesus Kristus
Yesus Kristus merupakan sumber air hidup yang senantiasa memberikan pancaran hidup baru bagi siapa saja yang mengimani-Nya. Sebagai umat Kristiani yang dipersatukan dalam Kristus, pastilah kita meyakini bahwa hanya ada satu tujuan dan sumber hidup kita. Sosok itu adalah Yesus. Dialah Sang sahabat sejati yang selalu membuka hati-Nya bagi semua orang. Ia hadir dan menjelma serta mengosongkan diri demi menyelami hidup manusiawi kita. Hanya satu yang diperjuangkan-Nya, yakni supaya kita memperoleh hidup dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Hidup yang berlimpah susu dan madunya yang diberikan oleh Yesus itu terangkum di dalam Cinta-Nya. Seluruh hidup dan karya-Nya di dunia ini dipersatukan-Nya dalam pengurbanan-Nya di kayu salib.
Kita patut bersyukur dan selalu teguh dalam iman karena Kristus telah memberikan jaminan hidup yang pasti, yaitu hidup-Nya sendiri. Ia merelakan diri-Nya menderita dan mengalami realitas kehidupan manusiawi kita hanya demi keselamatan kita. Kristus telah memberikan teladan mulia bagi kita, supaya kita tetap teguh dalam iman dan membuka diri bagi kehadiran sesama. Sebagaimana Yesus menyentuh dan memberikan hidup baru kepada orang-orang yang menderita, demikian pula kita sebagai murid-murid-Nya mewujudkan hidup di dunia ini. Di sinilah tampak kesaksian kita sebagai murid-murid Kristus, yakni menghadirkan Kristus bagi sesama kita. Kita harus berani bersaksi dengan kata-kata dan tindakan nyata seturut teladan Yesus Sang Guru sejati.
Kita harus menjadi terang yang memberikan cahaya baru bagi kehidupan orang lain. Terang iman yang kita hidupi senantiasa kita bagikan bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang orang lain, baik suku, ras, agama maupun budaya. Karena Kristus juga hadir bagi semua orang dan Dia tidak memilah-milah siapa saja yang mau diselamatkan, tetapi merangkul semuanya.
I Love You, because You are You
"Aku mencintaimu, karena kamu adalah kamu". Ungkapan ini menarik untuk dimaknai. Di dalamnya terdapat makna keterbukaan hati dan kesediaan menerima orang lain atau siapa saja apa adanya. Menerima kehadiran dan keberadaan orang lain atau sesama di sisi kita memang tidak mudah. Dibutuhkan ketulusan hati yang murni. Seseorang mungkin menjalin relasi dengan orang lain, tetapi belum tentu tulus dan ikhlas. Lalu bagaimana menerima dan merangkul sesama, khususnya yang mereka merindukan kebahagiaan supaya cinta kita sungguh-sungguh nyata dalam hidup ini?
Pertanyaan tersebut menghantar kita kepada keterbukaan hati dan ketulusannya. Menerima orang lain sebagaimana adanya membutuhkan ketulusan hati. Kita harus benar-benar jujur dan terbuka dalam menerima situasi orang lain atau sesama kita tanpa melihat keburukan atau kekurangannya. Menerima atau mencintai orang lain sebagaimana kita menerima dan mencintai diri-sendiri. Budi yang murni dan hati yang tulus serta jujur harus diutamakan ketika kita hidup bersama dengan orang lain. Dengan hati dan budi yang jujur, akan tercipta relasi yang akrab dan cinta kasih yang tulus.
Yesus telah memberikan contoh terbaik bagi kita dalam hal pemberian diri dan mengasihi, yakni: "Kasihanilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat 22: 37) dan "Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22: 39). Dalam tindakan kasih yang nyata, kita dapat menemukan makna dan kebahagiaan hidup yang kekal. Kebahagiaan itu hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Sang sumber hidup.
Marilah kita membuka hati bagi situasi dan kenyataan hidup sehari-hari karena dengan itu kita dapat merasakan kehadiran Allah. Berjumpa dengan sesama yang menderita dan memberikan pertolongan bagi mereka. Kristus hadir melalui situasi hidup mereka yang menderita. Maka, kita ditantang apakah kita menanggapi kehadiran Kristus lewat sesama yang menderita atau sebaliknya dengan menolak dan bersikap acuh tak acuh.
Bunda Teresa pernah berkata, "Jangan biarkan setiap orang yang datang pada Anda pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan Tuhan. Kebaikan dalam wajah Anda, Â kebaikan dalam mata Anda, kebaikan dalam senyum Anda".
Catatan Akhir
Pada prinsipnya kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dalam situasi jaman yang semakin menanatang. Dalam kesempatan ini kita diajak untuk menaburkan benih-benih kebersamaan, persahabatan dan cinta kasih. Sehingga semua orang dapat mengecap dan merasakan betapa indahnya hidup dalam kebersamaan, sehati sejiwa dan kebaikan Tuhan. Marilah kita bersama-sama membangun persahabatan dengan bergandengan tangan dalam menghadapi setiap tantangan jaman dengan tetap bercermin kepada Yesus Kristus, Sang Guru dan Sahabat Sejati.
***