Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit pada ayam yang menyerang sistem pernafasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Infectious Bronchitis dan sangat menular serta menyebabkan kerugian ekonomi. Infectious Bronchitis merupakan anggota dari famili Coronavidae (Order Nidovirales) dan genus Coronavirus yang menyebabkan infeksi pernafasan, usus, dan bermacam-macam gangguan neurologis lainnya (Cao et al., 2012). Pada ayam petelur, penyakit tersebut mengakibatkan penurunan produksi telur baik kualitas maupun kuantitas, sedangkan pada ayam pedaging dapat menyebabkan gangguan ginjal dan penurunan produksi daging (Jordan,1990). Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada 1931 di sekawanan ayam muda di Amerika Serikat. Di Indonesia, kejadian IB dilaporkan pada tahun 1977. Penyakit ini menjadi masalah serius bagi peternak ayam, terlebih dengan munculnya varian-varian lain yang timbul akibat mutasi dari virus IB ini. Frekuensi kejadian IB di Indonesia lebih sering terjadi pada layer dibanding broiler.
Dalam 5 tahun terakhir, jumlah laporan kasus IB meningkat tajam. Menyerang ayam broiler dan layer dengan penularan yang sangat cepat dan massive melalui udara. Sepanjang 2021 telah dilaporkan sebanyak 825 kasus penyakit dari 31 infeksi atau syndrome pada broiler dan layer. Dimana IB berada di urutan ke 3 dengan 92 kasus (11,2 %). Penyakit ini menyerang broiler sebanyak 56 kali dan menyerang layer berbagai umur sebanyak 36 kali. Bila mengingat tingginya jumlah kasus CCRD pada 2021, maka angka serangan IB bisa bertambah bila diagnosa kasus-kasus CCRD ditelusuri lebih jauh. Kecenderungan IB untuk berkolaborasi dengan bakteri E Coli, Mycoplasma, Ornithobacterium atau dengan virus-virus pernapasan lainnya seperti ND, AI, ILT. Dalam 2 tahun terakhir, kasus – kasus IB mengalami peningkatan laporan. Serangan IB akan semakin hebat terutama di musim dingin atau penghujan, dimana kelembaban udara menjadi sangat tinggi yang sangat disukai oleh Avian Coronavirus sang penyebab IB. Area yang memiliki laporan tertinggi kasus IB adalah Jawa Barat dengan 38 kasus, Jawa Tengah dengan 22 kasus, Sumatera melaporkan 17 kasus, dan Jawa Timur pada ayam laying, penurunan produksi berkisar 5 – 40 % di berbagai umur produksi.
Penularan IB dapat terjadi melalui kontak secara langsung dan kontak tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi ketika ada kontak dari ayam satu ke ayam lain dalam satu kandang. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui peralatan kadang ataupun petugas yang tercemar oleh virus. Vaksinasi merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian penyakit IB. Vaksinasi yang tepat dan teratur mampu menurunkan kerentanan terhadap infeksi virus. Namun, meskipun vaksinasi sudah dilakukan secara teratur dan ketat, kasus IB masih sering muncul. Menurut Putri et al., (2012), banyak faktor penyebab respon vaksinasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu jenis vaksin, dosis vaksin, aplikasi vaksin, serta program vaksinasi yang dilakukan. Hal tersebut menyebabkan vaksin kurang bisa menangkal infeksi virus. Faktor pendukung kejadian penyakit IB di Indonesia adalah umur dari ayam yang berbeda-beda pada satu lokasi dengan program vaksinasi yang bervariasi terhadap IB, sistem pemasaran telur dalam dalam egg trays yang berpindah dari satu peternakan ke peternakan lain, lokasi peternakan yang berdekatan antara peternakan yang satu dengan peternakan yang lain, dan masih banyak lagi.
Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin, ngorok, keluar leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam akan tampak tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas. Gejala klinis akan muncul dalam waktu 36 - 48 jam. Pada ayam dewasa atau layer gejala klinis tampak seperti batuk, bersin, dan ngorok dapat diamati. Penurunan produksi telur dari 5 - 10% yang akan berlangsung selama 10 - 14 hari. Namun, jika terkait faktor lain, penurunan produksi dapat mencapai 50%.
Saat ini serangan IB tidak hanya tergolong strain klasik tetapi juga ditemukan IB varian. Kemampuan virus IB untuk bermutasi menyebabkan banyak sekali varian yang tersebar di berbagai negara. Sebagai contoh beberapa IB varian yang sudah masuk di Indonesia seperti QX strain yang berasal dari China ataupun 4/91 asal Inggris. Beberapa virus IB varian yang sudah ditemukan di Indonesia diantaranya I-37 dan I-126 yang diisolasi oleh Darminto (1992), dan I-14 yang ditemukan Indriani dan Darminto (2000). Hasil pemetaan yang dilakukan Medion, virus IB varian yang beredar di lapangan adalah QX like. Dalam perkembangannya, pada kasus penyakit IB yang disebabkan oleh QX strain menunjukkan perubahan patologi anatomi saat bedah bangkai berupa adanya pelebaran oviduk berisi cairan bening (oviduct cystic). Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur bervariasi dari 2 sampai 40%. Telur yang dihasilkan seringkali berkerabang pucat dan tipis, serta bentuk yang tidak simetris. Perubahan pada dalam telur terlihat putih telur yang encer dan blood spot pada kuning telur.
Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan adalah perlu adanya perhatian khusus dalam aspek pencegahan terutama dari segi vaksinasi. Pada program vaksinasi, vaksin IB strain varian harus dikombinasikan dengan vaksin IB strain klasik karena tingkat proteksi silang virus tergolong sangat rendah. Pemberian vaksin IB varian aktif harus diberikan secara terpisah dengan vaksin IB strain klasik aktif dan di hari yang berbeda. Jarak minimal pemberian vaksin yang direkomendasikan adalah 7-11 hari. Pemberian vaksin yang bersamaan dikhawatirkan akan menyebabkan reaksi post vaksinasi yang berlebihan. Menghindarkan ayam dari penyakit imunosupresif dan stres sebagai langkah pencegahan masuknya virus dengan mudah juga perlu diperhatikan. Didukung pula dengan desinfeksi dan biosecurity yang perlu dilakukan dengan tepat dan ketat mengingat virus IB mudah mati oleh berbagai jenis desinfektan.
DAFTAR PUSTAKA
Cao Z., Zongxi H., Yuhao S., Xiaoli L., Junfeng S., Demin Y., Xiangang K., & Shengwang L. (2012). Proteomics Analysis of Differentially Expressed Proteins in Chicken Trachea and Kidney After Infection with the Highly Virulent and Attenuated Coronavirus Infectious Bronchitis Virus in Vivo. Proteomo Science, 24(10), 1-19.
Jordan, F.T.W. (1990). Poultry Diseases. Third ed. Balliere Tindal, London. Hal : 159-166.
Putri D. D., Agung A.C., & Zairiful. (2012). Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging. Jurnal Penelitian Pertanian.
Troboslivestock,   22   Maret   2023, http://troboslivestock.com/detail-berita/2022/02/01/85/15502/laporan-survei-penyakit-broiler
--layer-di-2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H