Sumatera Utara (07/10/2021)-Terhitung sudah 18 bulan atau satu setengah tahun Indonesia terserang virus Covid-19. Pendemi Covid-19 menimbulkan banyak dampak, mulai dari kesehatan hingga perekonomian.Â
Salah satu dampak pendemi Covid-19 yang sangat terasa adalah memaksa masyarakat untuk melakukan segala aktivitas di rumah, agar mengurangi menyebaran virus tersebut.
Banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas di rumah menyebabkan banyaknya hobi-hobi baru yang terjadi di masyarakat luas, mulai dari tren olahraga hingga tren menanam tanaman hias. Menanam tumbuhan di rumah diyakini bisa membantu mengatasi stres dan bisa menjadi pilihan aktivitas menyehatkan bagi tubuh.
Tren tanaman hias sangat beragam, mulai dari monstera atau janda bolong hingga tanaman lidah mertua.
Tetapi berbeda halnya dengan anggek. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS), anggrek yang merupakan salah satu tanaman florikutura atau tanaman hias yang mengalami penurunan peminat pada masa pendemi ini.Â
Menurut data Pusat Badan Statistik, budidaya tanaman anggrek terbanyak ada di Provinsi Jawa Timur dengan 36% dari jumlah produksi seluruh Indonesia. Dan masih ada beberapa provinsi yang belum terdapat data produksi tanaman anggrek ini.
Penurunan terlihat dari data Badan Pusat Statistik pada 2 tahun terakhir, pada masa pendemi ini produksi anggrek berkurang drastis, seperti pada 2020 produksi tanaman anggrek hanya mencapai 11.683.333 tangkai.Â
Padahal pada tahun 2019, mencapai 18.608.657 tangkai. Hal ini memunjukkan hasil produksi menurun hingga 37%. Dan mengalami penurunan hingga 32% dari tahun 2018 ke tahun 2019.
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, aktivitas ekspor yang terhenti karena pendemi mengakibatkan kegiatan ekspor tanaman anggrek ke luar negeri terhambat, yang membuat para pelaku usaha tidak memproduksi tanaman anggrek yang banyak.Â