Mohon tunggu...
Dudy Rudianto
Dudy Rudianto Mohon Tunggu... Insinyur - Founder of Evello System - http://www.evello.co.id

Founder of Evello System - http://www.evello.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisis Media, Siapakah Presiden Kita Berikutnya?

21 Juni 2014   01:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:57 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi adalah fenomena baru dalam politik dan demokrasi Indonesia. Berangkat sebagai walikota Solo dengan segudang pemberitaan di media, namanya pun masuk dalam kancah elit politik Nasional. Berita-berita tentang relokasi pasar, mobil Esemka dan populer dengan blusukan menyapa warga seolah membuat elit politik lainnya tak pernah bekerja di mata rakyat. Keberhasilannya dalam memenangkan pemilihan Gubernur DKI memicu kontestan Pilkada di daerah untuk mengikuti cara-cara Jokowi. Menggalang relawan, berkampanye di media sosial dan tentu saja, blusukan ke pasar tradisional, menjanjikan program-program pro rakyat adalah efek Jokowi yang dicontoh oleh kontestan Pilkada lainnya.

Efek Jokowi menjadi diperhitungkan setelah memenangkan kursi pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Efek Jokowi menyebabkan elit PDIP selalu meminjam pesona Jokowi untuk membantu memenangkan Pilkada didaerah. Bahkan dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014, berbondong-bondong Caleg DPR RI dan DPRD dari PDIP menggunakan baju kotak-kotak sebagai simbol Jokowi dan yang lebih unik foto-foto jokowi kerap muncul untuk menarik simpati Massa. Efek Jokowi mulai terasa seperti efek Gusdur di PKB atau Sukarno di PDIP.

Pesona Jokowi semakin memikat setelah menjadi Gubernur DKI. Hampir semua pemberitaan dan pembicaraan masyarakat di media online dan media sosial selalu mengarah ke satu kata, Jokowi. Kuatnya pesona Jokowi menyebabkan banyak pihak yang mulai berpikir bahwa Jokowi layak menjadi seorang presiden. Jika saja Jokowi dicalonkan menjadi presiden, maka tidak ada tokoh lainnya yang mampu menyaingi Jokowi plus kondisi bahwa SBY tidak mungkin lagi mencalonkan diri karena sudah dua periode menjadi Presiden RI.

Ledakan Media

Nama Jokowi semakin melambung ketika Megawati sebagai Ketua Umum PDIP pada akhirnya memberikan mandat pencalonan Jokowi sebagai calon Presiden RI. Mandat ini menyebabkan terjadinya tsunami pemberitaan dan pembicaraan Jokowi sebagai presiden RI sangat kuat. Bahkan mengalahkan topik Jokowi lainnya seperti Banjir Jakarta, Blusukan, Pasar Tanah Abang, Monorail, dan segudang pemberitaan lainnya. Media Online dan Sosial mulai bergeser membicarakan Jokowi sebagai Calon Presiden. Gelombang eforia ini menyebabkan banyak pihak di lingkungan elit PDIP meyakini bahwa pemilihan umum legislatif akan dimenangkan dengan perolehan suara kurang lebih 25%.  Walaupun kenyataan menyatakan suara PDIP hanya berkisar pada angka 19%,  PDIP tetap memenangkan pemilihan umum legislatif.

Setelah pemilihan umum legislatif dilakukan, popularitas Jokowi tetap luar biasa. Tidak ada tokoh politik yang dapat menandingi popularitas Jokowi. Sistem Evello memantau, Share Index Jokowi mencapai jumlah prosentase yang mencengangkan. Hampir mencapai separuh dari Share Index tokoh politik lainnya, meskipun seluruh tokoh politik tersebut bergabung untuk Media Online dan Twitter. Di Facebook, bahkan Prosentase Jokowi mencapai lebih dari separuh Share Index Tokoh Politik lainnya.

[caption id="attachment_343855" align="aligncenter" width="492" caption="Popularitas Jokowi melalui Prosentase Share Index di Facebook (Februari 2014)"][/caption]

Jika dilihat dari prosentasi Share Index pada grafik di atas, hanya Prabowo dan Megawati saja yang dapat menyaingi Jokowi. Selebihnya? tentu saja rasa pesimisme jika harus berhadapan dengan Jokowi.

Poros Jokowi dan Poros Prabowo

Perjalanan waktu pada akhirnya mengkerucut pada hanya pada dua poros pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Banyak pengamat meyakini sejak awal, bahwa pemilihan umum Presiden 2014 hanya akan diwakili oleh Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Proses mencari pendamping Presiden pun mengarahkan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Calon Wakil Presiden Joko Widodo dan Muhammad Hatta Rajasa sebagai Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto.

Pandangan beberapa pengamat politik yang menyatakan bahwa pemilihan umum Presiden 2014-2019 lebih merupakan pertarungan antara Jokowi dan Prabowo agaknya memang tepat. Pemantauan melalui sistem Evello memperlihatkan bahwa bergabungnya JK ke kubu Jokowi dan Hatta ke kubu Prabowo memang tidak terlalu berdampak signifikan memicu lonjakan pemberitaan dan pembicaraan di media online dan media sosial.  Keberadaan JK dan Hatta Rajasa mulai berdampak terhadap popularitas masing-masing kandidat sering dengan mulai masifnya kedua kubu berkampanye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun