PASAR BERINGHARJO PASAR TRADISIONAL YANG TAK PERNAH MATI
Oleh : Eveline Y. Bayu
[caption id="attachment_340349" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Beringharjo tampak depan di malam hari."]
Pasar Beringharjo Yogyakarta terletak jalan Pabringan no. 1 atau di bagian ujung kawasan Malioboro. Pasar seluas 2,5 H ini terdiri dari tiga lantai dan dihuni sekitar 7.000 pedagang. Di bagian depan pasar atau pintu utama terdapat tulisan pasar Beringharjo dalam aksara Jawa (hanacaraka). Geliat pasar Beringharjo mulai dirasakan pada pukul 6 pagi dan berakhir pada pukul 5 sore.
[caption id="attachment_340350" align="aligncenter" width="800" caption="Bagian depan pasar Beringharjo di pagi hari tampak lengang"]
Beringharjo bukan sekedar menjadi pasar atau tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi memiliki banyak peran. Pasar Beringharjo menjadi saksi dari roda perekonomian mulai jaman kerajaan, jaman pejajahan hingga sekarang. Pasar Beringharjo juga menjadi salah satu tujuan wisata di kota Jogjakarta. Selain itu, pasar ini juga menjadi tempat pelestarian budaya Jawa, karena menjual batik, kain lurik, jarik, blangkon dan barang barang kuno. Setiap hari pasar ini selalu dipenuhi pengunjung. Mereka rela berdesak desakan sambil menawar harga saat berbelanja di pasar Beringharjo. Selain itu pengunjung harus selalu waspada terhadap copet. Tapi pasar Beringharjo tetap menarik untuk dikunjungi.
Banyak pihak menggantungkan hidupnya di pasar Beringharjo. Bukan hanya pedagang yang berjualan di pasar Beringharjo. Tukang parkir, ibu-ibu yang menyediakan jasa mengangkat barang belanjaan, pengamen dan tukang becak memperoleh kehidupan dari pasar Beringharjo.
[caption id="attachment_340355" align="aligncenter" width="800" caption="Tampak depan pasar Beringharjo di siang hari"]
Dulu kawasan Beringharjo merupakan hutan yang dipenuhi dengan pohon beringin. Setelah berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1758 M, kawasan ini menjadi perekonomian masyarakat Yogyakarta. Akhirnya Keraton Yogyakarta merasa perlu membangun sebuah pasar. Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton Hindia Belanda) ditugaskan untuk membangun los los pasar dan selesai pada tanggal 24 Maret 1925. Setelah tahap pertama selesai, dilanjutkan pembangunan tahap kedua dibagian selatan dan selesai pada bulan Agustus 1925. Pembangunan tahap ketiga selesai dikerjakan pada bulan April 1926. Bangunan pasar Beringharjo menggunakan kontruksi beton bertulang dengan arsitektur bergaya tropis. Hal ini membuat pemerintah Hindia Belanda menyebut pasar Beringharjo sebagai ”Een Der Mooiste Passers Op Java” (pasar terindah di Jawa). Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menamakan pasar tersebut dengan Pasar Gedhe.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, nama Pasar Gedhe diganti dengan pasar Beringharjo. Beringharjo berasal dari kata Bering dan Harjo. Bering artinya pohon beringin, mengingat tempat tersebut dulunya merupakan hutan pohon beringin. Pohon beringin menunjukan kebesaran, dan pengayoman bagi masyarakat, jadi sesuai dengan apa yang diemban pasar tersebut sebagai pasar pusat atau pasar ”Gedhe” bagi kota Yogyakarta. Harjo artinya kesejahteraan. Pada tahun 1951 dan 1970, pasar Beringharjo direhabilitasi. Pada tahun 1986 pasar Beringharjo mengalami kebakaran.