Mohon tunggu...
Evelyn Sutedjo
Evelyn Sutedjo Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

Hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Sederhana, Abadikan Momen-nya (5)

26 Februari 2016   20:37 Diperbarui: 26 Februari 2016   20:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini, banyak orang tua yang sudah memberikan gadget  pada anaknya yang masih usia dini. Entah karena takut dikatakan ketinggalan zaman, atau karena anak akan diam dan asyik bermain sendiri bila diberi  gadget, sehingga tidak akan mengganggu kesibukan orang tua.  Atau mungkin juga karena anak tidak ada teman bermain sehingga harus bermain bersama gadget tersebut.

Disatu sisi.. sungguh menyedihkan… karena saat semua motorik anak sedang berkembang, dengan gadget-nya anak kemungkinan nantinya terganggu mata dan jari tangannya. Mungkin juga bicaranya akan jauh tertinggal dibandingkan dengan anak yang selalu bermain bersama anak lain atau orang tua atau kakak adik-nya.

Padahal…  untuk seorang anak..  permainan ‘petak umpet’ merupakan satu contoh  permainan yang menyenangkan, melatih motorik kaki, melatih mulut berkata.  Satu jenis permainan sederhana yang tidak memerlukan alat, tidak memerlukan biaya.

Pada satu kesempatan secara tidak sengaja, saya menyaksikan asyiknya beberapa anak sebaya bermain  ‘petak umpet’ ini.   Mereka mulai dengan ‘hom-pim-pa’   untuk menentukan siapa yang kalah dan yang harus ‘jaga’.   ‘Penjaga’ ini kemudian menutup mukanya menghadap tembok dengan memberi hitungan ‘satu’  sampai ‘sepuluh’, sementara anak yang lain berlari mencari tempat persembunyian. Setelah hitungan selesai ‘penjaga’ kemudian mencari ‘teman’nya yang sembunyi.  Bila kemudian ‘teman’nya itu ditemukan, ‘penjaga’ itu harus menyebutkan ‘nama teman yang ditemukan’ dan berlari memegang tembok tempat dia menghitung tadi.  Kalau lari ‘penjaga’ lebih cepat, maka gantian yang menjadi penjaga adalah ‘teman’ yang tertangkap tadi. Tetapi kalau ‘teman’ itu lebih cepat sampai tembok, maka tetap ‘penjaga’ yang kalah dan harus ‘jaga’ lagi.

Aku lihat anak-anak ini bermain dengan gembira..,  dengan tawa…, dengan suara lantang menghitung.., terkadang mereka bersembunyi dengan bergandengan tangan di tempat yang sama. Tubuh mereka secara tidak langsung berolah-raga dengan  berlari, membungkuk, duduk, juga tiduran.

Bahagia.  Ya.. mereka bahagia bermain dengan permainan sederhana. Alangkah baiknya kalau di kota besar seperti Jakarta, anak-anak juga terbiasa bermain bersama teman sebayanya dengan permainan  yang menyehatkan.

Selamat bahagia, karena bahagia itu sederhana seperti hal nya permainan ‘petak umpet’ .

 

Salam bahagia,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun