Mohon tunggu...
Eva Syilva
Eva Syilva Mohon Tunggu... Freelancer - Orang Kaili yang bercita-cita ke Arab Saudi

Saya sedang belajar membuat tulisan. Silakan dikoreksi jika keliru. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Tragedi Tenggelamnya Dua Anak di Pantai Kayu Bura, Apa yang Harus Kita Lakukan?

20 November 2021   20:34 Diperbarui: 20 November 2021   23:18 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore tadi Bonanza sudah kembali datang ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sou Mpelava. Senang rasanya melihat anak itu sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Membaca, bermain catur, dan sesekali tertawa menanggapi gurauan kawannya.

Bonanza yang akrab disapa Anza merupakan salah satu pengunjung setia di TBM Sou Mpelava. Seminggu yang lalu, Anza dan adiknya, Aiy, tenggelam di pantai Kayu Bura, salah satu pantai yang cukup terkenal di Kabupaten Parigi Moutong berkat perhelatan Sail Tomini yang digelar pada tahun 2015 lalu.

Siang itu, setelah mendapat pertolongan pertama, keduanya dilarikan ke RSUD Anuntaloko Parigi untuk menjalani perawatan intensif sebab mereka menelan banyak air laut.

Rupanya, Ahad, 14 November 2021 adalah hari terakhir Aiy di dunia. Setelah menjalani perawatan selama beberapa jam, anak lelaki yang baru saja merayakan ulang tahun ke sembilan di hari Jumat, 12 November 2021 itu meninggal pada Minggu malam.

Setelah kejadian yang menimpa Anza dan Aiy, beragam spekulasi muncul di masyarakat. Desas-desus di kelompok anak-anak seumuran mereka mengatakan bahwa ada "tangan yang tak terlihat" yang datang dari dalam laut dan menarik kaki kedua bocah itu hingga mereka tenggelam.

Dari seorang warga Desa Pelawa saya mendapat cerita bahwa dulu pernah ada orang dewasa yang juga tenggelam di lokasi itu. Beruntung, orang itu berhasil diselamatkan.

Beragam kisah pun muncul ke permukaan. Para orang tua mengatakan bahwa lokasi itu disebut-sebut notumpu (angker) sehingga memang tidak disarankan dan bahkan dilarang berenang di sana.

Cerita masa lalu tentang wilayah laut mana yang dikatakan angker, dipelihara dalam ingatan kolektif masyarakat. Cerita itu dijadikan pengingat bahkan bisa jadi sebagai upaya menghindari peristiwa terulang dari generasi ke generasi.

Mendengar aneka spekulasi ini saya mulai berpikir bahwa berarti sejak lama sebagian masyarakat telah mengetahui bahwa lokasi itu kurang aman digunakan sebagai spot berenang. Terlebih bagi anak-anak yang tidak tau dan/atau belum mahir berenang.

Dilansir dari Kumparan.com, Pakar Manajemen Sungai UGM, Agus Maryono, mengatakan, seluruh anak SD Indonesia, harus bisa berenang seperti di Eropa dan Jepang. Itu harus jadi pelajaran wajib. Di Indonesia ini sudah darurat belajar renang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun