JAKARTA - Sekarang, batik tak selalu tentang beberapa kota di Jawa Tengah atau Yogyakarta. Ibu Kota punya Rumah Batik Palbatu, yang terletak di Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Sejak 2013, tempat ini sudah menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat umum, pejuang kanker, hingga disabilitas.
Sekilas Tentang Rumah Batik Palbatu
Awal Oktober 2021, saya melangkahkan kaki ke sebuah rumah di Jalan Palbatu IV. Beberapa anak yang sedang asik mengukir di atas kain, menyambut saya dengan hangat. Mereka siswa-siswi dari salah satu SMK di Jakarta, yang sedang praktik kerja lapangan. Kelihaian tangan mereka dalam membuat motif batik membuat saya terkagum.
Rasa kagum saya bertambah ketika bercengkerama dengan salah satu pemilik Rumah Batik Palbatu, yaitu Pak Harry. Saya dibawa mundur ke memori sekitar 10 tahun yang lalu. Dulu, kawasan ini lebih dikenal sebagai Kampoeng Batik Palbatu yang digagas bersama dua rekan hebat lainnya.
Saat itu, diantara tiga orang kreatif tersebut tidak ada yang bisa membatik. Beberapa pengrajin dari Jawa Tengah pun didatangkan ke Kampung Palbatu. Masyarakat setempat mulai belajar batik secara bertahap selama dua tahun. Pak Harry meresmikan Rumah Batik Palbatu pada 2 Oktober 2013, bertepatan dengan Hari Batik Nasional.
Selama berbincang dengan Pak Harry, saya menangkap ketulusan dari sorot matanya. Melalui rumah ini, ia ingin mengedukasi masyarakat mengenai keaslian batik. Karena menurutnya, masih banyak masyarakat Indonesia belum bisa membedakan batik yang asli dan tiruan.
“Batik yang asli adalah batik yang melalui proses. Bisa melalui canting tulis atau cap, dengan menggunakan lilin atau malam sebagai media perantaranya,” kata Pak Harry. Menurutnya, batik lebih merujuk kepada kata kerja, yang berasal dari Bahasa Jawa yaitu “mbathik”. Artinya, proses membuat motif di atas suatu benda.