" ngapain papah dateng kesini?." ucapkan dengan kasar " masih inget papah sama aku?." lanjutku " ko kamu ngomongnya gitu sih sayang." ucap papah dengan raut wajah yang merasa tak bersalah " selama ini papah kemana aja selama dua tahun papah ngilang tanpa kabar apa perempuan itu lebih berharga dibandingkan aku?" ucapku dengan emosi yang sudah tak tertahan " plakkk" sebuah tampar keras mendarat dengan mulus di pipi kiri ku. untuk pertama kalinya mendapatkan tamparan dari orang yang aku sayang ternyata sakit sekali rasanya rasa sakit dan panas di pipi kiriku tidak ada artinya dibandingkan rasa sakit yang hatiku rasakan. Tanpa mengucapkan sepatah katapun aku langsung meninggalkan papah yang masih terdiam saat itu kantor memang masih sepi jadi tak banyak orang yang berlalu lalang ataupun yang melihat pertengkaran aku barusan.
Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya meluapkan kesedihan yang hatiku rasakan, aku tak menyangka papah akan melakukan itu padaku sebelum mamah dan papah pisah papah tak pernah berlaku kasar padaku tapi semenjak perceraian itu semuanya berubah aku tak pernah melihat papah lagi bahkan untuk memberi uang padakupun tak pernah. Setelah tiga bulan perceraian mamah dan papah aku dapat kabar bahwa papah telah menikah dengan perempuan gatel itu perempuan yang telah merebut papah dari aku dan mamah aku mendapatkan kabar itu dari salah seorang teman mamah aku tak habis fikir oleh perlakuan papah padaku bahkan saat papah menikahpun aku tidak diberi tahu olehnya. Sejak saat itulah aku membenci papah dan tak ingin melihatnya lagi dia begitu tega padaku rasanya tak cukup selama ini dia menyakiti aku dan mamah.
Setelah kejadian itu aku tak diizinkan lagi bertemu dengan papah ya aku menceritakan semuanya sama mamah dan mamah sangat marah mamahpun tak habis fikir kalau papah akan berlaku seperti itu terhadapku. Sejak saat itu aku tak di izinkan untuk bertemu maupun komunikasi dengan papah. Akupun berharap semoga allah tak pernah mempertemukan kembali aku dengannya.
Sembilan tahun kemudian..
Hari-hariku kini jauh lebih bahagia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, aku bersyukur atas apa yang aku miliki saat ini dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padaku adalah hal yang paling berharga bagiku. Waktu terus berlalu tak terasa kini aku menjadi seorang mahasiswa di salah satu Universitas, berkat doa dan usaha mamahlah aku menjadi seperti sekarang ini mamah pernah bilang padaku bahwa salah satu mimpinya adalah melihat aku menjadi Sarjan maka dari itu mamah berusaha keras agar aku dapat melanjutkan pendidikan ku sampai menjadi seorang sarjana.
Aku selalu berdoa di setiap sujudku memohon kepada allah agar selalu memberi kesehatan pada mamah dan memberikan umur yang panjang agar aku  dapat membahagiakannya. Akupun berharap semoga aku tak akan bertemu lagi dengan papah rasanya tak sanggup jika harus mengulang kesedihan itu mengingat semua rasa sakit yang telah papah berikan.
Awalnya aku fikir bagaimana aku bisa bahagia tanpa adanya sosok papah bagaimana bisa aku menerima semua ini, tapi ternyata aku mampu menghadapi semua ini aku mampu bahagia tanpa adanya sosok papah di dalam hidupku. Mamah selalu memberikan aku kebahagiaan mamah selalu berusaha menjadi mamah terbaik untukku. Kepergian papah memang menyakitkan untukku dan mamah tapi itu semua bukan suatu alasan untukku dan mamah tidak bisa bahagia. Kebahagiaan itu milik orang yang selalu bersyukur dan bersabar atas apa yang ia dapatkan didalam hidupnya.
SELESAIÂ
                            Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H