Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

The Journey of Grace: Masa Kecil yang Tidak Biasa

22 September 2023   16:45 Diperbarui: 22 September 2023   16:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kecil identik dengan masa yang paling indah bagi setiap anak. Masa anak-anak penuh canda dan tawa bersama keluarga tercinta dan saudara sekelilingnya. Namun, bagi seorang anak bernama Junita, masa kecil bagian dari masa yang tidak biasa. Dengan keyakinan, " Janganlah berputus asa bila kita menghadapi kesulitan. Milikilah modal keyakinan yang kuat untuk terus melangkah, karena perjuangan keras akan berbuah menjadi keberhasilan." Kelak bayi mungil ini akan berhasil melampaui batas di dalam kehidupannya.


Kisah Dunia Tanpa Suara Dimulai
Lahir tepat tanggal 1 Juni 1983 di Semarang, bayi mungil pasangan Bang Poo Hap dan Tan Ay Ngie. Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga ini sebab telah menanti selama empat tahun untuk mendapatkan keturunan. Tentu keluarga sangat bersuka cita sebab malaikat kecil hadir dan memberi warna tersendiri di dalam hidup sepasang keluarga ini. Bayi mungil ini lahir dengan berat badan 2 kg, kedua orang tua menganggap bahwa si bayi anak yang cantik. Maka tak salah bila diberi nama sapaan Ling-ling yang bermakna "cantik".


Ling-ling tumbuh sebagai anak yang menggemaskan dan lucu. Setiap hari selalu mendapatkan perhatian dan cinta kasih dari orang tuanya. Tak berselang lama, Sony Herlambang, adik lelakinya lahir. Memang sih terpaut satu tahun saja, tetapi ini menjadikan Ling-ling kecil layaknya anak kembar dengan Sony.


Di dalam keceriaan mendampingi dua buah hatinya, kedua orang tua mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan anak pertama mereka mengalami kejadian yang tak biasa, yaitu respon akan suara, bunyi-bunyian, dan panggilan dari orang tua tidak seperti bayi normal lainnya.  Akhirnya, Ling-ling kecil  dibawa ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di Semarang bahkan sampai Jakarta guna memastikan keadaan yang sebenarnya seperti apa. Di dalam hasil pemeriksaan ternyata divonis menderita tunarungu atau ketulian berat yang dinyatakan dengan besaran 100 desibel. ( Satuan untuk mengukur intensitas suara).


Dunia layaknya gelap gulita bagi keluarga ini, atas informasi dari dokter THT akan keadaan anak pertamanya. Keadaan itu mungkin diakibatkan karena saat mengandung mamanya banyak mengkonsumsi obat-obatan karena sakit ataupun disebabkan demam yang sering dialami Ling-ling kecil saat bayi.


Puji Tuhan, tak selang berapa lama keluarga mampu menyikapi keadaan dan menerima kondisi kekurangan dari putri cantiknya. Sempat saat usia 2 tahun Ling-ling dibawa berobat ke luar negeri, tepatnya ke China. Namun, tetap belum mendapatkan kabar yang menggembirakan akan perubahan pendengaran putrinya.


Di akhir dunia tanpa suara, papa mamanya membuat sebuah keputusan untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putrinya. Dan... cerita itu diawali saat Ling-ling kecil mulai bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK). Bersambung...


Ingat, setiap kehidupan akan ada warna-warninya, baik peristiwa membahagiakan ataupun mengecew bpakan. Kita wajib selalu siap sedia akan pengalaman hidup kita yang akan terjadi. Kita bisa karena kita memiliki pegangan hidup, yaitu Sang Pencipta, Sang Pemberi Kebahagiaan.

Evaristus Cahya Triastarka
Pendidik di SMA Sedes Sapientiae Semarang
Sumber: Buku Menaklukkan Dunia Tanpa Suara " The Journey of Grace"
Karya Junita Setiawati Herlambang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun