Pa, ini dapat undangan misa pesta ulang tahun pernikahaan. Sebuah pesan via WA masuk di telepon selulerku dari istri tercinta. Okei, siap kapan ma? Ya, besok jika tidak ada kegiatan lain ya berangkat. Jawabku singkat kepadanya.
Singkat cerita setelah aku sampai rumah dan membaca undangan tersebut, aku merasa wow banget. Keren ini, sebuah pesta pernikahan sepasang suami istri yang merayakan 60 tahun menikah. Enam puluh tahun loh, luar biasa sekali.Â
Sungguh menjadi inspirasi sekali sebab saya (dibaca: mungkin kita ) jarang mendapat cerita sepasang suami istri merayakan sampai 60 tahun pernikahannya. Dan hebatnya lagi kedua pasangan tersebut masih sangat sehat walafiat. Luar biasa puji Tuhan, itu yang terlontar dalam hatiku.
Ya, akhirnya tanggal 27 Maret 2022 pukul 16.00- 17.00 aku mengikuti misa di Gereja Kristus Raja Semesta Alam Salatiga. Undangan yang mengikuti misa pesta pernikahan 60 tahun sepasang suami istri ini cukup banyak. Semarak lagi karena dipersembahkan oleh 5 orang romo.Â
Sungguh peristiwa istimewa dan saya merasa bersyukur bisa mengikutinya. Dalam homilinya Romo Agustinus Parso Subroto, MSF, selaku konselebran utama, menyampaikan bahwa romo tidak perlu lagi kotbah seharusnya, tetapi menilik perjalanan hidup pasangan Bapak Heru Purnomo dan Ibu Indriati sudah menjadi cerita inspirasi untuk kita semua.
Setiap pasangan  memiliki kekurangan, tentu banyak dan mungkin tak terhitung banyaknya, layaknya bintang- bintang di angkasa yang kita tak dapat menjumlahkannya.Â
Namun, laksana Ibu Indriati yang menyampaikan bahwa Bapak Heru Purnomo juga memiliki banyak kekurangan, tetapi tetap ada kebaikannya.Â
Kebaikan itu hanya satu laksana matahari yang selalu muncul dan menghilangkan bintang- bintang di langit dengan pagi hari yang ceria ini. Sebuah perumpamaan sederhana penuh makna, kita perlu menjadi matahari, hanya satu tetapi mampu menyinari hati dan berguna bagi siapapun. Tidak perlu melihat kesalahan pasangan, tetapi selalu berpikir bahwa kebaikan pasangan tentu ada dan itu yang menjadi pegangan hidup.