Penulis: Eva Riana Rusdi
Hari Kesaktian Pancasila diperingati bangsa Indonesia setiap tanggal 1 Oktober. Momentum ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan kesempatan untuk merefleksikan kembali makna dan relevansi Pancasila dalam konteks kekinian. Di tengah arus globalisasi dan dinamika sosial-politik yang semakin kompleks, bagaimana Pancasila tetap menjadi landasan kokoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara?
Sejarah yang Tak Boleh Dilupakan
Penetapan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila tidak lepas dari peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa ancaman terhadap ideologi negara bisa datang dalam berbagai bentuk. Tujuh jenderal yang gugur dalam peristiwa tersebut menjadi simbol pengorbanan untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.
Dr. Soekarno, dalam pidatonya pasca peristiwa G30S, menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar rangkaian kata-kata, melainkan jiwa dan nafas bangsa Indonesia. "Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia," ujarnya kala itu.
Kini, 59 tahun sejak peristiwa tersebut, tantangan terhadap Pancasila hadir dalam wujud yang berbeda. Era digital membawa dinamika baru dalam kehidupan berbangsa. Terjadinya polarisasi sosial dimana media sosial kerap menjadi arena pertarungan ideologi yang memecah belah masyarakat. Paham-paham ekstrem dengan mudah disebarkan melalui internet yang memunculkan radikalisme online. Budaya digital yang cenderung personal berpotensi mengikis semangat gotong royong yang menyebabkan individualisme dalam masyarakat. Selain itu yang lebih signifikan, generasi muda menghadapi dilema antara lokalitas dan globalitas yang menyebabkan krisis identitas.
Prof. Dr. Yudi Latif, pemikir dan budayawan Indonesia, dalam bukunya "Negara Paripurna" mengingatkan, "Pancasila harus dimaknai secara dinamis, bukan sebagai dogma yang kaku, melainkan ideologi yang hidup dan berkembang sesuai tantangan zaman."
Memaknai Ulang Pancasila untuk Generasi Digital
Bagaimana menjadikan Pancasila tetap relevan di era digital? Beberapa langkah strategis yang bisa ditempuh untuk menanamkan pemahaman dan merealisasikan nila-nilai Pancasila di era digital.
1. Kontekstualisasi Nilai-nilai Pancasila
Nilai-nilai Pancasila perlu diterjemahkan dalam konteks kekinian. Misalnya, sila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" bisa dimaknai sebagai etika bermedia sosial dan penghargaan terhadap privasi digital.